Friday, February 26, 2016

Awas Kitab Kuning Palsu

واجب دي سباركان كا فسنترين-فسنترين.

AWAS, KITAB KUNING SEMAKIN RAWAN DI UBAH

Kementerian Agama (Kemenag) mengingatkan kepada pihak pondok pesantren bahwa fenomena perang pemikiran yang terjadi sekarang ini di kalangan internal umat Islam, telah mengancam isi dari Kitab Kuning.

Kitab Kuning yang menjadi rujukan pesantren kepada kitab-kitab keislaman kontemporer ini menjadi legitimasi arus pemikiran di luar yang telah diajarkan oleh para penulisnya.

Hal itu disampaikan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Ace Saefuddin usai menerima perwakilan dosen dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) di kantor Kemenag Jakarta. "Saat ini upaya pengubahan dan penyusupan isi kitab-kitab pelajaran agama atau biasa disebut kitab kuning semakin gencar," ujarnya, Kamis (23/1).

Hal ini, menurut dia, terjadi karena perang pemikiran antara kelompok Salafiyah yang diwakilkan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dan Kelompok Islam garis keras atau yang biasa dikenal dengan Wahabi. "Di dalam kitab yang disusupi ada kalimat-kalimat tertentu yang menyalahkan arti sehingga mengandung perbedaan faham," kata dia.

Penyusupan itu, kata Ace, seperti dengan tahrib atau menghilangkan ide yang asli, ada juga melalui tahqiq atau membuat tafsir baru seperti AlQurannya Ahmadiyah. Penyusupan terjadi melalui software komputer dalam penggunaan kitab-kitab ini yaitu Maktabah Syamila yang kini mulai populer digunakan dikalangan para santri pondok pesantren modern.

Karenanya, ia mengingatkan kepada pihak pondok pesantren baik Kiai atau santri untuk memperhatikan hal ini. Pihaknya juga menghimbau agar Kiai bisa memberikan pemahaman yang benar sesuai asli penulisnya kepada para santri. Ini sebagai bentuk antisipasi, agar santri bisa membedakan seperti apa kitab-kitab yang masih asli sesuai karangan penulisnya dan mana yang telah diubah.

Source: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/01/23/mzuiue-awas-kitab-kuning-semakin-rawan-diubah

Begitu banyak kitab para ulama dicetak dan beredar, tetapi isinya sudah diputar-balik sedemikian rupa, sehingga seolah-olah penulisnya itu 100% cocok dengan 'selera' mereka. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah kitmanul-haq, atau setidaknya sebuah pengkhianatan. Dalam istilah ilmu hadits, namanya tadlis.

<< NAMA KITAB KITAB YG DIPALSUKAN OLEH TANGAN JAHIL WAHABI >>

1. Bila dalam kitab AL IBANAH karya Imam Abu Al Hasan Al Asy'ari terdapat tulisan yg secara eksplisit maupun implisit mendukung TAJSIM dan TASYBIH maka dipastikan kitab tsb palsu!

2. Bila dalam kitab Shahih Bukhori, pasal Al Ma'rifah dan bab Al Madholim tidak ada / hilang, maka dapat dipastikan kitab tsb palsu karena Imam Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari menjelaskan adanya pasal tsb!

3. Bila pasal ZIARAH KUBUR NABI SAW di dalam kitab RIYADLUSH SHOLIHIN berubah menjadi pasal ZIARAH MASJID NABI SAW maka kitab tsb palsu!

4. Di dalam kitab DIWAN ASY SYAFI'I halaman 47 ada bait yg berbunyi, "FAQIHAN WA SHUUFIYYAN FAKUN LAISA WAAHIDAN yg artinya JADILAH AHLI FIQH DAN SHUFI SEKALIGUS, JANGAN HANYA SALAH SATUNYA….(dst

), bila bait ini hilang maka kitab tsb palsu!

5. Bila Hadits Fadhoil Maryam, Asiyah, Khodijah dan Fatimah hilang dari kitab Shohih Muslim maka kitab ini palsu karena Mustadrak al Hakim mencatat itu!

6. Bila Hadits tentang Nabi SAW mempersaudarakan Muhajirin dan Anshor, serta mempersaudarakan dirinya dgn Sayidina Ali tidak ada di dalam Musnad Imam Ahmad, maka Musnad tsb palsu!

7. Bila pasal khusus tentang WALI, ABDAL,SHOLIHIN & KAROMAH, tidak ada di dalam HASYIYAH IBNU 'ABIDIN yg bermadzhab Hanafi, maka kitab tsb palsu!

8. Bila tulisan bhwa WAHABI ADALAH JELMAAN KHAWARIJ YANG TELAH MERUSAK PENAFSIRAN ALQURAN DAN AS SUNAH, SUKA MEMBUNUH KAUM MUSLIMIN…(dst ) dalam kitab HASYIYAH ASH SHOWI 'ALA TAFSIR JALALAIN karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Ash Showi al Maliki halaman 78 tidak ada maka kitab tsb palsu!

9. Di dalam kitab AL FAWAID AL MUNTAKHOBAT karya Ibnu Jami Aziz Zubairi halaman 207 menyatakan bhwa Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah THOGHUT BESAR, bila tulisan ini tidak ada maka kitab tsb palsu!

10. Bila bab ISTIGHOTSAH pada kitab AL MUGHNI karya Imam Ibnu Qudamah al Hanbali tidak ada, maka kitab tsb palsu!

DAN MASIH BANYAK LAGI !!! HATI-HATI, TELITILAH SEBELUM MENDOWNLOAD MAUPUN MEMBELI KITAB !!!

Source: Ust. Musa Munawir


Terkirim dari Samsung Mobile

Sedekah kreatif

🍄SEDEKAH KREATIF🍄

🍚🍗🍤🍖 Siapkan nasi bungkus  dari rumah.  Berikan ke yang kira2 membutuhkan. Pedagang kecil. Pengemis. Orang gila. Pengamen. Anak terlantar etc. Ngga usah banyak juga gpp. Misal 1 bungkus setiap harinya

🚿🛁🛀 Laundry/cucikan Mukena secara berkala musholla yg ada disekitar lingkungan kita

👘👰👘 Berkala beli Mukena baru. Misal 3 bulan sekali. Malu dong sama Allah pake itu-itu mulu. Yang lama? Ya disedekahin ;)

🎁🎁🎁 Bawa Mukena ketika akan berpergian. Tinggalkan di masjid/ musholla yg kita singgahi

👚👕👔 Beli kamper/pengharum baju. Taruh di kumpulan mukena di masjid/musholla yg kita singgahi

🎁🎁🎁 Bungkus perlengkapan shalat (Mukena, sarung, sajadah, kopiah, Al Qur'an jadikan parcel ketika lebaran. Berikan ke satpam komplek atau tukang kebersihan komplek atau office boy dikantor. 1 parcel senilai 100ribu aja. Pahalanya bisa terus-terusan. InsyaAllah

👟👞👡 Beli beberapa pasang sandal (banyak yang 10ribuan sepasang). Taruh di kantor atau musholla dan masjid untuk di gunakan ketika berwudhu

🚿🛁🚿 Beli perlengkapan untuk membersihkan toilet, juga pengharum ruangan berikan secara berkala ke masjid2

👳👦👳 Buat yang shalat Jum'at. Datang 15 menit lebih awal. Bantu bersih-bersih dan beres-beres. Ga kebayang pahalanya orang nyaman shalat gara-gara kita :)

🚿🛁🚿 Kalau berwudhu kumpulkan airnya dalam ember (ditadahin gitu), sedekahkan untuk tanaman (sedekah alam)

🍶🍼🍶 Kumpulkan botol minuman plastik/ botol bekas shampoo etc. Rusak dulu. Misal patahkan tutup botolnya. Agar tidak disalahgunakan. Setelah banyak berikan ke pemulung.

Belum pernah kan liat mata pemulung berbinar2 sambil ngucapin makasih berulang-ulang. Buat kita ngga ada harganya. Buat mereka langsung dikasih banyak yg mereka cari itu ruarr biasa rasanya #seka_air_mata (Ilmu ini saya dapatkan dari Om saya. Makasih Om. Barakallah)

🚚 🚛 🚚 Lakukan sorting sampah di rumah, menjadi :
- Sampah wadah kemasan, plastik, kantong [untuk pemulung].
- Sampah dapur [untuk dijadikan kompos, sedekah untuk alam]
- Sampah kertas/karton [untuk pemulung]
- Sampah campuran [plus bayar iuran sampah, untuk sedekah tukang sampah]
- Sampah tulang [Buat mpus]

🍸🍹🍷 Kalau beli/disuguhi air minum dalam kemasan, kalau ada sisa bawa pulang. Airnya bisa disedekahkan untuk tanaman (sedekah alam), dan wadahnya dikumpulkan.

🍗🍛🍖🍶  Kalau piknik dan bepergian or makan diluar bawa tempat sampah untuk dibawa pulang, sehingga bisa disedekahkan sampahnya (lihat butir di atas). Serta memberi sedekah kepada orang lain, karena menggunungnya sampah. Inget sampah tulang buat mpus yang udah nunggu dirumah. Semuanya jadi bermanfaat ga ada yang mubazir

🐦🐧🐦🐧 Beli beberapa burung (yang murah aja) lepaskan ke alam bebas

🐯🐯🐯 Beli makanan mpus siap saji (wis***) taruh di tas (toplesin). Ketika dijalan ketemu kucing liar berikan. (cat lovers pastinya agree bingits nih)

🍶🍼🍶  Beli barang diskonan di supermarket agak banyak. Misal detergent, minyak goreng, sabun, buku tulis, pulpen kemudian bungkus cantik hadiahkan ke panti asuhan atau rumah singgah

🙅🙅🙅 Jangan nawar sama pedagang kecil. Kalo bisa kasih lebih

📎📰🔧Beli tissue atau keperluan yg remeh temeh di pedagang kecil yg kita jumpai. Beli tissue 2000 rupiah atau ikat rambut atau peniti udah bikin mereka senang

🍟🍤🍛🍧 Ketika makan di kaki lima ada pengemis atau anak terlantar beliin mereka seporsi seperti yang kita makan (mungkin sekitar 15ribuan seporsi nasi uduk ayam goreng atau roti bakar)

🍰🎂🍫🍞 Siapa yg suka jualan makanan kecil dikantor? Gratisin buat yg buka puasa. Kebayangkan gorengan 2000 bisa bikin kita masuk surga. InsyaAllah

🍰🎂🍫🍞 Ada pembangunan masjid? Bisa bikin gorengan? Berikan beberapa ke pekerja. Misal 50 bakwan goreng dengan modal 25rb bisa bikin senang yg kerja :D

🙋🙋🙋 Selalu siap jika dimintai tolong tenaga jika sedekah materi belum bisa kita lakukan

🚕🚋🚍💴 Bayar lebih ketika naik angkot yang supirnya kakek2 atau bapak tua

💴💰💷 Kasih tips lebih buat ibu/abang ojek online kalo kira-kira jaraknya jauh dan juga kondisi mereka yg kira2 memprihatinkan (tua misalnya)

💴🚍🚖 Ketika di bis/di angkot. Bayarin nenek-kakek yg keliatan kurang mampu/ Suami istri yg buta :'(

🍷🍹🍸 Pas bulan Ramadan. Diperkirakan buka puasa diperjalanan. Angkot, bis, kereta, busway etc. Siapkan beberapa air mineral (gelas) pas adzan bagi-bagi. Kebayang beli 5000 aja udah dapat 10. Kita dapat 10 pahala beri minuman orang berbuka. InsyaAllah

✈🚗🚙🚀 Tawarkan temen kita yang searah. Jika kita bawa kendaraan. Ingat ini yg sesama jenkel nya yaa :) kalo beda jenkel bisa panjang urusannya kalo terus menerus (paham kan?)

🎨😎🎨 Buat Designer Grafis/ animator. Bantu bikin design poster Kajian/ bikin obb bumper buat video Kajian. Free😘

🎥📹🎥 Buat Cameraman. Bantu ambil gambar pada saat Kajian. Untuk disebarluaskan di sosmed. Free juga dong 😘

🔈📣💻 Buat para editor. Bantu ngedit video Kajian untuk disebar di sosmed or YouTube. Free pastinya 😘

📝📄📃 Catat poin yang penting-penting ketika ikut Kajian. Seminar parenting or seminar-seminar yg bermanfaat buat banyak orang. Lalu ketik. Sebar di Whatsapp juga sosmed lainnya

🏰🏩🏰 Kebiasaan kami sekeluarga besar, kalo pulkam liburan (ke padang). Anak laki-laki diberi tugas bersihin toilet dan tempat wudhu masjid. Liburan yg keren kan ;)

🚲🐥🐸🚀 Rutin mensortir mainan anak-anak kita. Buy 1 give 1. Ketika beli mainan baru harus ada 1 mainan yang disedekahkan. Ajari dan ajak anak kita ketika memberi mainan tersebut ke temannya atau panti asuhan

🚲🐥🐸🚀 Anak ultah? Bikin goodie bags. Kasih ke Panti Asuhan bareng anak. Ini melatih sikap empati anak kepada sesama.

👦👳👸 Punya ilmu? Misal bisa gambar, bisa ngajar Al Qur'an/Iqra. Jago matematika. Suka dunia anak? Sesekali pas wiken dateng deh ke rumah singgah. Buka kelas. Kebayang happy nya anak-anak terlantar di ajarin sama kakak yang mumpuni di bidangnya. Sahabat saya graphic designer handal udah melakukan ini. Beliau ngajarin gambar anak-anak. Proud of u 😘

👭👬👫 Beberapa bisa dilakukan dengan anak-anak kita. Biarkan anak-anak kita melihat kebaikan yang orang tuanya lakukan. Karena satu contoh perbuatan akan lebih efektif dari 100 nasehat. Semoga kebaikan-kebaikan ini selalu ada penerusnya hingga akhir jaman. Aamiin

Children see... Children do. Make your influence positif

📝📄📃 Share status ini semoga jadi salah satu timbangan amal jariyah kita nanti. Aamiin

Segitu dulu. Mungkin yang lainnya mau menambahkan. Silaken tinggalin jejak di kolom komen yaaa. Nanti saya copas di body text. Mamacihh

Semoga menginspirasi 😘💃💪😉😇

Mulai dari hal yg terlihat sepele. Mulai dari diri sendiri. Mulai dari sekarang :D

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

[QS. AL BAQARAH 2:261]

Buat yang sudah nge share saya ucapkan Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza. Terharu biru saya. Kebayang satu orang diantara kita
menjalankan ini setiap harinya berapa banyak masalah sosial bisa teratasi. InsyaAllah

Mudah2an bermanfaat

#ayo_sedekah #sedekah_kreatif


Terkirim dari Samsung Mobile

Thursday, February 25, 2016

Kampus kehidupan

KAMPUS KEHIDUPAN

Seorang lelaki yang sedang dirundung kesedihan datang menemui Sayidina Ali bin Abi Tholib,
ia pun berkata,
"Wahai Amirul Mukminin, aku datang kepadamu karena aku sudah tidak mampu lagi menahan beban kesedihanku."

Sayidina Ali menjawab, "Aku akan bertanya dua pertanyaan dan jawablah !"

Lelaki itu berkata,
"Ya, tanyakanlah !"

"Apakah engkau datang ke dunia bersama dengan masalah-masalah ini ?" kata Ali bin Abi Tholib

"Tentu tidak" jawabnya.

"Lalu apakah kau akan meninggalkan dunia dengan membawa masalah-masalah ini ?" tanya sy Ali bin Abi Tholib

"Tidak juga" jawabnya.

Lalu Sayidina Ali berkata,
"Lalu mengapa kau harus bersedih atas apa yang tidak kau bawa saat datang dan tidak mengikutimu saat kau pergi ?"

"Seharusnya hal ini tidak membuatmu bersedih seperti ini.
Bersabarlah atas urusan dunia..

Jadikanlah pandanganmu ke langit lebih panjang dari pandanganmu ke bumi dan kau pun akan mendapat apa yang kau inginkan….

Tersenyumlah !
karena rizkimu telah dibagi dan urusan hidupmu telah diatur….
Urusan DUNIA tidak layak untuk membuatmu bersedih semacam ini karena semuanya ada di tangan Yang Maha Hidup dan Maha Mengatur…."

Kemudian Sayidina Ali bin Abi tholib meneruskan ungkapannya,
"Seorang mukmin (orang yang beriman) hidup dalam dua hal, yaitu kesulitan dan kemudahan. Keduanya adalah "Nikmat" jika ia sadari (mau mengambil pelajaran dari setiap ujian)
Dibalik KEMUDAHAN ada RASA SYUKUR.

Sementara Allah berfirman,
"Allah akan Memberi balasan (di dunia dan di akhirat) kepada orang yang bersyukur"
(QS.Ali Imran: 144)

Dan dibalik KESULITAN ada KESABARAN.
Allah berfirman,
"Hanya orang-orang yang bersabarlah, yang disempurnakan pahalanya (di dunia dan di akhirat) tanpa batas."
(QS.Az-Zumar: 10).


Terkirim dari Samsung Mobile

Teman Akrab

PENYESALAN JIKA SALAH MEMILIH TEMAN AKRAB


Oleh : Azwir B. Chaniago


Sungguh Islam adalah agama yang benar benar sempurna yang mengajarkan kebaikan untuk keselamatan bagi umatnya di dunia dan di akhirat.  Selain itu   Islam adalah satu satunya agama  yang hak dan   diridhai Allah Ta'ala.

Ini dijelaskan dalam firman-Nya : "Al yaumal akmaltu lakum diinakum wa atmamtu 'alaikum ni'mati wa radhitu lakumul islaama diinaa" Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Aku cukupkannikmat-Ku kepadamu dan Aku ridhaIslam sebagai agama bagi kamu (Q.S. Al Maidah 3).


Rasulullah juga telah menjelaskan tentang kesempurnaan agama ini dalam sabdanya : "Ma baqiya syai-un yuqarribu minal jannati wa yubaiyidu minan naar, illa waqad buiyina lakum." Tidak ada yang mendekatkan kalian ke surga dan menjauhkan dari neraka kecuali telah aku ajarkan kepada kalian. (H.R Imam ath Thabrani)


Diantara tuntunan Islam yang penting adalah dalam memilih teman akrab. Sungguh Islam tidaklah menganjurkan kita untuk berteman akrab dengan semua orang.Rasulullah bersabda : " Ar rajuulu 'ala diini khaliilih. Falyanzhur ahadukum min yukhaalil". Seseorang itu mengikuti diin (agama, akhlak dan kebiasaan) teman akrabnya. Maka hendaknya seseorang melihat siapa yang dia jadikan teman akrabnya (H.R Abu Dawud, at Tirmidzi dan Imam Ahmad).


Berkata Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu : Tidaklah seorang hamba diberi kenikmatan yang lebih besar setelah keislaman, selain sahabat yang shalih. Maka apabila kalian mendapati teman yang shalih, peganglah ia erat-erat.


Sungguh benar apa yang dikatakan Umar bin Khaththab tentang berteman dengan orang shalih karena akan mendatangkan banyak manfaat, diantaranya adalah :  (1)Pertemanan dengan orang shalihadalah suatu nikmat yang besar dan sangat dianjurkan dalam syariat Islam (2) Pertemanan dengan orangshalih itu karena Allah bukan karena yang lain. (3) Pertemanan dengan orang shalih insya Allah akan langgeng dari dunia sampai akhirat(4) Pertemanan dengan orang shalih akan selalu saling mendoakan untuk kebaikan. (5) Pertemanan dengan orang shalih  akan selalu saling ingat mengingatkan tentang kebaikan. (6)Pertemanan dengan orang shalihakan saling memberi udzur dan memaafkan jika ada kesalahan dan kekurangan. (7) Pertemanan dengan orang shalih maka pembicaraan akan selalu berada seputar kebaikan terutama tentang ilmu dan amal.


Ketahuilah bahwa kesalahan dalam memilih teman akan mendatangkan penyesalan bukan hanya di dunia tapi penyesalan itu akan sampai ke akhirat, diantaranya : 


Pertama : Sebagian teman akrab menjadi musuh di akhirat.

Allah berfirman : "Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. Wahai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati". (Q.S az Zukhruf 67-68)


Dalam Kitab Tafsir ath Thabari disebutkan : Orang orang yang membina kasih diatas kedurhakaan kepada Allah Ta'ala semasa di dunianya pada hari Kiamat mereka semua adalah musuh. Saling berlepas diri, kecuali orang yang membina cinta kasih di atas fondasi ketakwaan kepada Allah Ta'ala ketika di dunia. 


Kedua : Teman akrab yang menyesatkan.

Allah berfirman : "Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata : Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia". (Q.S al Furqan 27-29)


Para ulama menjelaskan bahwa : Menggigit dua tangan maknanya adalah menyesali perbuatannya. Sedangkan si Fulan yang dimaksud adalah  syaithan (jenis jin) atau manusia yang telah menyesatkannya ketika berada di dunia.


Oleh karena itu berhati hatilah memilih teman akrab sebelum datang penyesalan. Sungguh penyesalan itu selalu datang belakangan dan tidak bisa dijemput lagi karena segala sesuatu telah berlalu.


Sebagai penutup tulisan ini, mari kita simak percakapan penduduk surga tentang nasib temannya yang berada di neraka, yaitu sebagaimana dijelaskan Allah Ta'ala dalam firman-Nya untuk menjadi ibrah dan petunjuk yang sangat agung bagi kita. 


Allah berfirman : "Lalu mereka berhadap hadapan satu sama lain sambil bercakap cakap. Berkatalah seorang diantara mereka : Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) pernah mempunyai seorang teman. Yang berkata : Apakah sesungguhnya kamu termasuk orang orang yang membenarkan (hari berbangkit) ?. Apabila kita telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah kita benar benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan ?. Dia berkata : Maukah kamu meninjau (temanku itu) ?.

Maka dia meninjaunya, lalu dia melihat (teman) nya itu di tengah tengah neraka yang menyala nyala. Dia berkata : Demi Allah, engkau hampir saja mencelakakanku. Dan sekiranya bukan karena nikmat Rabb-ku pastilah aku termasuk orang orang yang diseret (ke neraka)". Q.S as Saaffaat 50-57. 

  

Kita bermohon kepada Allah Ta'ala agar diberi kesempatan untuk selalu berteman akrab dengan orang orang shalih sehingga menjadi jalan bagi terpeliharanya  keimanan dan ketakwaan kita.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (583)

 


Terkirim dari Samsung Mobile

Tuesday, February 23, 2016

Masalah Syiah

PENDAPAT PAK GRAND TIDAK COCOK UNTUK UMAT ISLAM NKRI.

YANG COCOK UNTUK NKRI ADALAH:

FATWA KH. HASYIM ASY'ARI & HB. SALIM BIN JINDAN


Fatwa Pendiri NU Hasyim Asy'ari Terkait Kesesatan Syiah.

Fatwa Pendiri Nahdhatul Ulama Hadratus Syaikh KH.

Hasyim Asy'ari (1292-1366 H, 1875-1947 M) Tentang Syi'ah


(Fatwa Syaikh Hasyim Asy'ari dan Habib Salim bin Ahmad bin Jindan tentang Syi'ah Imamiyah)

ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ
ﺍﻷﻭﻟﻰ: ﻓﺼﻞ ﻓﻲ ﺑﻴﺎﻥ ﺗﻤﺴﻚ ﺃﻫﻞ ﺟﺎﻭﻯ ﺑﻤﺬﻫﺐ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ
ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ، ﻭﺑﻴﺎﻥ ﺍﺑﺘﺪﺍﺀ ﻇﻬﻮﺭ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﻭﺍﻧﺘﺸﺎﺭﻫﺎ ﻓﻲ ﺃﺭﺽ ﺟﺎﻭﻯ،
ﻭﺑﻴﺎﻥ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻋﻴﻦ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ. ﻗﺪ ﻛﺎﻥ ﻣﺴﻠﻤﻮﺍ
ﺍﻷﻗﻄﺎﺭ ﺍﻟﺠﺎﻭﻳﺔ ﻓﻲ ﺍﻷﺯﻣﺎﻥ ﺍﻟﺴﺎﻟﻔﺔ ﺍﻟﺨﺎﻟﻴﺔ ﻣﺘﻔﻘﻲ ﺍﻵﺭﺍﺀ
ﻭﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﻭﻣﺘﺤﺪﻱ ﺍﻟﻤﺄﺧﺬ ﻭﺍﻟﻤﺸﺮﺏ، ﻓﻜﻠﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻘﻪ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﻨﻔﻴﺲ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺩﺭﻳﺲ، ﻭﻓﻲ ﺃﺻﻮﻝ
ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻋﻠﻰ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻷﺷﻌﺮﻱ، ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺘﺼﻮﻑ
ﻋﻠﻰ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺸﺎﺫﻟﻲ
ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ. ﺛﻢ ﺇﻧﻪ ﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﻋﺎﻡ ﺍﻟﻒ ﻭﺛﻼﺛﻤﺎﺋﺔ
ﻭﺛﻼﺛﻴﻦ ﺃﺣﺰﺍﺏ ﻣﺘﻨﻮﻋﺔ ﻭﺁﺭﺍﺀ ﻣﺘﺪﺍﻓﻌﺔ ﻭﺃﻗﻮﺍﻝ ﻣﺘﻀﺎﺭﺑﺔ، ﻭﺭﺟﺎﻝ
ﻣﺘﺠﺎﺫﺑﺔ، ﻓﻤﻨﻬﻢ ﺳﻠﻔﻴﻮﻥ ﻗﺎﺋﻤﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺳﻼﻓﻬﻢ ﻣﻦ
ﺍﻟﺘﻤﺬﻫﺐ ﺑﺎﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ ﻭﺍﻟﺘﻤﺴﻚ ﺑﺎﻟﻜﺘﺐ ﺍﻟﻤﻌﺘﺒﺮﺓ ﺍﻟﻤﺘﺪﺍﻭﻟﺔ،
ﻭﻣﺤﺒﺔ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﻭﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ، ﻭﺍﻟﺘﺒﺮﻙ ﺑﻬﻢ ﺃﺣﻴﺎﺀ
ﻭﺃﻣﻮﺍﺗﺎ، ﻭﺯﻳﺎﺭﺓ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻭﺗﻠﻘﻴﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻋﻨﻪ ﻭﺍﻋﺘﻘﺎﺩ
ﺍﻟﺸﻔﺎﻋﺔ ﻭﻧﻔﻊ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺘﻮﺳﻞ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ… ﻭﻣﻨﻬﻢ ﺭﺍﻓﻀﻴﻮﻥ
ﻳﺴﺒﻮﻥ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻭﻳﻜﺮﻫﻮﻥ
ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ، ﻭﻳﺒﺎﻟﻐﻮﻥ ﻫﻮﻯ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻋﻠﻲ ﻭﺃﻫﻞ
ﺑﻴﺘﻪ ﺭﺿﻮﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺃﺟﻤﻴﻌﻦ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﻣﺤﻤﺪ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ
ﺍﻟﻘﺎﻣﻮﺱ: ﻭﺑﻌﻀﻬﻢ ﻳﺮﺗﻘﻲ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻭﺍﻟﺰﻧﺪﻗﺔ ﺃﻋﺎﺫﻧﺎ ﺍﻟﻠﻪ
ﻭﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻣﻨﻬﺎ. ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻴﺎﺽ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﻔﺎ: ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ
ﺑﻦ ﻣﻐﻔﻞ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ) ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ
ﻓﻲ ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻻ ﺗﺘﺨﺬﻭﻫﻢ ﻏﺮﺿﺎ ﺑﻌﺪﻯ ﻓﻤﻦ ﺃﺣﺒﻬﻢ ﻓﺒﺤﺒﻲ ﺃﺣﺒﻬﻢ
ﻭﻣﻦ ﺃﺑﻐﻀﻬﻢ ﻓﺒﺒﻐﻀﻲ ﺃﺑﻐﻀﻬﻢ ﻭﻣﻦ ﺁﺫﺍﻫﻢ ﻓﻘﺪ ﺁﺫﺍﻧﻰ ﻭﻣﻦ
ﺁﺫﺍﻧﻰ ﻓﻘﺪ ﺁﺫﻯ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻣﻦ ﺁﺫﻯ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻮﺷﻚ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬﻩ ( ﻭﻗﺎﻝ
ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ) ﻻ ﺗﺴﺒﻮﺍ ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻓﻤﻦ
ﺳﺒﻬﻢ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﻟﻌﻨﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻭﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ ﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺍﻟﻠﻪ
ﻣﻨﻪ ﺻﺮﻓﺎ ﻭﻻ ﻋﺪﻻ ( ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ )ﻻ ﺗﺴﺒﻮﺍ
ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺠﺊ ﻗﻮﻡ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﻳﺴﺒﻮﻥ ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻓﻼ
ﺗﺼﻠﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻻ ﺗﺼﻠﻮﺍ ﻣﻌﻬﻢ ﻭﻻ ﺗﻨﺎﻛﺤﻮﻫﻢ ﻭﻻ ﺗﺠﺎﻟﺴﻮﻫﻢ
ﻭﺇﻥ ﻣﺮﺿﻮﺍ ﻓﻼ ﺗﻌﻮﺩﻭﻫﻢ ( ﻭﻋﻨﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ) ﻣﻦ
ﺳﺐ ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻓﺎﺿﺮﺑﻮﻩ ( ﻭﻗﺪ ﺃﻋﻠﻢ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﺃﻥ ﺳﺒﻬﻢ ﻭﺁﺫﺍﻫﻢ ﻳﺆﺫﻳﻪ ﻭﺃﺫﻯ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺣﺮﺍﻡ
ﻓﻘﺎﻝ )ﻻ ﺗﺆﺫﻭﻧﻲ ﻓﻲ ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻭﻣﻦ ﺁﺫﺍﻫﻢ ﻓﻘﺪ ﺁﺫﺍﻧﻰ ( ﻭﻗﺎﻝ
)ﻻ ﺗﺆﺫﻭﻧﻲ ﻓﻲ ﻋﺎﺋﺸﺔ ( ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﻓﺎﻃﻤﺔ )ﺑﻀﻌﺔ ﻣﻨﻰ ﻳﺆﺫﻳﻨﻲ
ﻣﺎ ﺁﺫﺍﻫﺎ (. ﺍﻫـ )ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﻫﺎﺷﻢ ﺃﺷﻌﺮﻱ، ﺭﺳﺎﻟﺔ ﺃﻫﻞ
ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ، ﺹ 10-9 (.


Maqolah 1
Pasal untuk menjelaskan penduduk Jawi berpegang kepada madzhab Ahlusunnah wal Jama'ah, dan awal kemunculan bid'ah dan meluasnya di Jawa, serta macam-macam ahlibid'ah di zaman ini. Umat Islam yang mendiami wilayah Jawa sejak zaman dahulu telah bersepakat dan menyatu
dalam pandangan keagamaannya.

Di bidang fikih, mereka berpegang kepada mazhab Imam Syafi'i, di bidang ushuluddin berpegang kepada mazhab Abu Al-Hasan Al-Asy'ari, dan di bidang tasawuf berpegang kepada mazhab Abu Hamid Al-Ghazali dan Abu Al-Hasan
Al-Syadzili, semoga Allah meridhoi mereka semua.Kemudian pada tahun 1330 H muncul kelompok, pandangan, ucapan dan tokoh-tokoh yang saling berseberangan dan beraneka ragam.

Di antara mereka adalah kaum Salaf yang memegang teguh tradisi para tokoh pendahulu mereka dengan bermazhab dengan satu mazhab dan kitab-kitab mu'tabar, kecintaan terhadap Ahlul Bait Nabi, para wali dan orang-orang salih,
selain itu juga tabarruk dengan mereka baik ketika masih hidup atau setelah wafat, ziarah kubur, mentalqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini syafaat, manfaat doa dan tawassul serta lain sebagainya.

Di antara mereka juga ada golongan rofidhoh yang suka mencaci Sayidina Abu Bakr dan 'Umar radhiallahu anhum, membenci para sahabat nabi dan berlebihan dalam mencintai Sayidina 'Ali dan anggota keluarganya, semoga Allah meridhoi mereka semua.

Berkata Sayyid Muhammad dalam Syarah Qamus, sebagian mereka bahkan sampai pada tingkatan kafir dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan umat Islam dari aliran ini.

Berkata Al-Qadhi 'Iyadh dalam kitab As-Syifa bi Ta'rif Huquq Al-Musthafa , dari Abdillah ibn Mughafal, Rasulullah sallallahu alayhi wasallam bersabda:

"Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku.
Dan barang siapa membenci mereka, maka berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akanmenghukumnya." (HR. al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi
Juz V/hal. 696 hadits No. 3762)

Rasulullah sallallahu alayhi wasallam bersabda:
"Janganlah kamu mencela para sahabatku, Maka siapa yang mencela mereka, atasnya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Allah Ta'ala tidak akan menerima amal darinya pada hari kiamat, baik yang wajib maupun yang sunnah." (HR. Abu Nu'aim, Al-Thabrani dan Al-Hakim)

Rasulullah sallallahu alayhi wasallam bersabda:
"Janganlah kamu mencaci para sahabatku, sebab di akhir zaman nanti akan datang suatu kaum yang mencela para sahabatku, maka jangan kamu menyolati atas mereka dan shalat bersama mereka, jangan kamu menikahkan mereka
dan jangan duduk-duduk bersama mereka, jika sakit jangan kamu jenguk mereka." Nabi sallallahu alayhi wasallam telah kabarkan bahwa mencela dan menyakiti mereka adalah juga menyakiti Nabi, sedangkan menyakiti Nabi haram hukumnya.

Rasul sallallahu alayhi wasallam bersabda:
"Jangan kamu sakiti aku dalam perkara sahabatku, dan siapa yang menyakiti mereka berarti menyakiti aku." Beliau bersabda, "Jangan kamu menyakiti aku dengan cara menyakiti Fatimah. Sebab Fatimah adalah darah dagingku, apa saja yang menyakitinya berarti telah menyakiti aku." (Risalat Ahli Sunnah wal Jama'ah, h.9-10)


ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ: ﻭﻟﻴﺲ ﻣﺬﻫﺐ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﺓ ﺑﻬﺬﻩ
ﺍﻟﺼﻔﺔ ﺇﻻ ﺍﻟﻤﺬﺍﻫﺐ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ، ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺇﻻ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻹﻣﺎﻣﻴﺔ ﻭﺍﻟﺰﻳﺪﻳﺔ
ﻭﻫﻢ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻻﻋﺘﻤﺎﺩ ﻋﻠﻰ ﺃﻗﺎﻭﻳﻠﻬﻢ. ﺍﻫـ )ﺍﻟﺸﻴﺦ
ﻣﺤﻤﺪ ﻫﺎﺷﻢ ﺃﺷﻌﺮﻱ، ﺭﺳﺎﻟﺔ ﻓﻲ ﺗﺄﻛﺪ ﺍﻷﺧﺬ ﺑﻤﺬﺍﻫﺐ ﺍﻷﺋﻤﺔ
ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ، ﺹ 29 (.

Maqolah 2
Bukanlah yang disebut mazhab pada masa-masa sekarang ini dengan sifat yang demikian itu kecuali Mazahib Arba'ah (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'I dan Imam Ahmad).

Selain dari pada itu, seperti mazhab Syiah Imamiyah dan Syiah Zaidiyah, mereka adalah ahul bid'ah yang tidak boleh berpegang kepada pandangan-pandangan mereka. ( Risalah fi Ta'akkud Al-Akhdzi bi Al-Madzahib Al-Arba'ah, h.29)
ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ: ﺃﻣﺎ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﻬﻢ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ ﻭﺍﻟﺤﺪﻳﺚ
ﻭﺍﻟﻔﻘﻪ، ﻓﺈﻧﻬﻢ ﺍﻟﻤﻬﺘﺪﻭﻥ ﺍﻟﻤﺘﻤﺴﻜﻮﻥ ﺑﺴﻨﺔ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﻟﺨﻠﻔﺎﺀ ﺑﻌﺪﻩ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ، ﻭﻫﻢ ﺍﻟﻄﺎﺋﻔﺔ ﺍﻟﻨﺎﺟﻴﺔ،
ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻭﻗﺪ ﺍﺟﺘﻤﻌﺖ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻓﻲ ﻣﺬﺍﻫﺐ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﻮﻥ
ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﻮﻥ ﻭﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﻮﻥ ﻭﺍﻟﺤﻨﺒﻠﻴﻮﻥ، ﻭﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﺧﺎﺭﺟﺎ ﻋﻦ ﻫﺬﻩ
ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻋﺔ. ﺍﻫـ ﺍﻫـ )ﺍﻟﺸﻴﺦ
ﻣﺤﻤﺪ ﻫﺎﺷﻢ ﺃﺷﻌﺮﻱ، ﺯﻳﺎﺩﺓ ﺗﻌﻠﻴﻘﺎﺕ، ﺹ 25-24 (.

Maqolah 3
Adapun Ahlusunnah mereka adalah para Ahli Tafsir, Hadits dan Fiqih. Sungguh merekalah yang mendapat petunjuk dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi Muhammad sallallahu alayhi wasallam dan para khalifah yang rasyid setelah
beliau.

Mereka adalah 'kelompok yang selamat' (thaifah najiyah). Para ulama berkata, pada saat ini kelompok yang selamat itu terhimpun dalam mazhab yang empat; Hanafi, Maliki, Syafi'I dan Hanbali. Maka siapa saja yang keluar atau di luar empat mazhab itu adalah ahlul bid'ah di masa ini(Ziyadat Ta'liqat, h. 24-25)

ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ ﺍﻟﺮﺍﺑﻌﺔ ﻭَﺍﺻْﺪَﻉْ ﺑِﻤَﺎﺗُﺆْﻣَﺮُ ﻟِﺘَﻨْﻘَﻤِﻊَ ﺍﻟْﺒِﺪَﻉُ ﻋَﻦْ ﺍَﻫْﻞِ
ﺍْﻟﻤَﺪَﺭِﻭَﺍﻟْﺤَﺠَﺮِ. ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ "ﺍِﺫَﺍﻇَﻬَﺮَﺕِ
ﺍﻟْﻔِﺘَﻦُ ﺍَﻭِﺍﻟْﺒِﺪَﻉُ ﻭﺳُﺐَّ ﺍَﺻْﺤَﺎﺑِﻲْ ﻓَﻠْﻴُﻈْﻬِﺮِﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻢُ ﻋِﻠْﻤَﻪُ ﻓَﻤَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﻔْﻌَﻞْ
ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﻟَﻌْﻨَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔِ ﻭَﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺍَﺟْﻤَﻌِﻴْﻦَ
Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid'ah-bid'ah terberantas dari semua orang.

Rasulullah sallallahu alayhi wasallam bersabda: "Apabila fitnah-fitnah dan bid'ah-bid'ah muncul dan sahabat-sahabatku di caci maki, maka hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat begitu,
maka dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan semua orang." (Muqadimah Qanun Asasi Nahdlatul ulama)

Fatwa Al-Habib Al-Musnid Syekh Salim bin Ahmad bin Jindan (1324-1389 H, 1906-1969 M) Tentang Syi'ah dan
Rofidhoh

ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ ﺍﻷﻭﻟﻰ: ﻣﻦ ﻫﻢ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ؟ ﻫﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻨﺘﺤﻠﻮﻥ ﺣﺐ ﺃﻫﻞ
ﺍﻟﺒﻴﺐ ﻭﻟﻴﺴﻮﺍ ﻛﺬﻟﻚ ﻭﻳﺰﻋﻤﻮﻥ ﺃﻧﻬﻢ ﺃﺗﺒﺎﻉ ﺃﻛﺎﺑﺮ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﻴﺖ ﻣﺜﻞ
ﺍﻟﺤﺴﻨﻴﻦ ﻭﺃﺑﻴﻬﻤﺎ ﻭﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ ﻭﺯﻳﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻨﻬﻢ ﻭﻫﻢ ﻳﺘﺒﺮﺃﻭﻥ ﻣﻦ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﻭﻋﺜﻤﺎﻥ ﻭﻣﻌﺎﻭﻳﺔ ﻭﻋﻤﺮﻭ
ﺑﻦ ﺍﻟﻌﺎﺹ ﻭﺃﻧﺼﺎﺭﻫﻢ ﺭﺿﻮﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ ﻓﻴﺴﺒﻮﻧﻬﻢ.
ﺍﻟﺮﺍﻋﺔ ﺍﻟﻐﺎﻣﻀﺔ ﻓﻲ ﻧﻘﺾ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ, ﺹ 1

Siapakah golongan Rofidhoh itu? Mereka adalah kaum yang suka mengklaim palsu kecintaan terhadap ahlul bait, padahal mereka tidaklah demikian. Mereka mengaku sebagai pengikut para tokoh utama ahlul bait seperti Al-Hasan dan
Al-Husain dan ayah mereka berdua (Sy. 'Ali bin Abi Thalib), juga 'Ali bin Al-Husain (Zainal Abidin), dan Zaid bin 'Ali—semoga Allah meridhoi mereka, namun mereka berlepas diri dari Sy. Abu Bakr, Sy. 'Umar, Sy. 'Utsman, Sy. Mu'awiyah,
Sy. 'Amr bin 'Ash dan para penolong mereka, dan mencaci mereka semuanya. ( Kitab Ar-Ra'at Al-Ghamidhoh fi Naqdh Kalam Al-Rafidhoh , hlm. 1)

ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ: ﻭﺍﺗﻔﻖ ﺑﺠﻮﺍﺯ ﻟﻌﻦ ﺷﺎﺗﻤﻬﻢ ﻓﻲ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ
ﻣﺎ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﺨﻄﻴﺐ ﻗﻮﻟﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ: ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻳﺘﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ
ﻳﺴﺒﻮﻥ ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻓﻘﻮﻟﻮﺍ ﻟﻌﻨﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﻛﻢ ﻓﻬﺬﺍ ﻻ ﺭﻳﺐ ﻓﻲ
ﺫﻟﻚ ﻷﻥ ﺷﺮﺍﺭ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺴﺒﻮﻥ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻧﺒﻴﻬﻢ , ﻭﺍﻟﺴﺐ
ﻭﺍﻟﺬﻡ ﻋﻠﻰ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺳﻨﺔ
ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ ﻭﺍﻟﺸﻴﻌﺔ. ﻓﻬﺆﻻﺀ ﻳﺴﻤﻴﻬﻢ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻳﻬﻮﺩ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ,
ﺑﻞ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﺧﻴﺮﺍ ﻣﻨﻬﻢ ﻟﻮ ﺳﺄﻟﻨﺎ ﺭﺟﻼ ﻳﻬﻮﺩﻳﺎ ﻋﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ
ﻣﻮﺳﻰ ﻟﻴﻘﻮﻝ ﻫﺆﻻﺀ ﺧﻴﺎﺭﻧﺎ ﻭﺃﺣﺒﺎﺀﻧﺎ ﻭﻟﻮ ﺳﺄﻟﻨﺎ ﺍﻟﻨﺼﺮﺍﻧﻲ ﺃﻳﻀﺎ
ﻋﻦ ﺣﻮﺍﺭﻱ ﻋﻴﺴﻰ ﻟﻴﻘﻮﻝ ﻫﺆﻻﺀ ﻫﻢ ﺳﺎﺩﺗﻨﺎ ﻭﺧﻴﺎﺭﻧﺎ ﻭﻟﻮ ﺳﺄﻟﻨﺎ
ﺍﻟﺮﻭﺍﻓﺾ ﻭﺍﻟﺸﻴﻌﺔ ﻋﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻣﺤﻤﺪ ﻟﻴﻘﻮﻟﻮﻥ ﺇﻧﻬﻢ ﺃﺷﺮﺍﺭﻧﺎ
ﻭﻇﺎﻟﻤﻮﻧﺎ ﻗﺎﺗﻠﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻧﻰ ﻳﺆﻓﻜﻮﻥ! ﻭﺍﻟﺤﺎﺻﻞ ﺃﻥ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ
ﻭﺃﺫﻧﺎﺑﻬﻢ ﺛﺒﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﺃﻧﻬﻢ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻣﻊ ﺇﺛﺒﺎﺕ
ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻹﺳﻼﻣﻲ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﺰﻋﻤﻮﻥ
ﺃﻧﻔﺴﻬﻢ ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ, ﺃﻭﻟﻴﺴﺖ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺃﻧﻬﻢ ﻣﺴﻠﻤﻮﻥ ﻣﻦ
ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ؟؟؟ ﻭﻟﺬﻟﻚ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻴﺲ ﺑﺄﻣﺎﻧﻴﻜﻢ ﻭﻻ ﺃﻣﺎﻧﻲ
ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻣﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﺳﻮﺀﺍ ﻳﺠﺰ ﺑﻪ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ: 122 ( ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ
ﻣﺴﻠﻤﺎ ﻳﺰﻋﻢ ﺃﻧﻪ ﻣﻦ ﺃﻣﺔ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ
ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺍﻟﻀﺎﻟﺔ ﺧﺎﺭﺝ ﻋﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ
ﺍﻟﻨﺎﺭ ) ﺍﻟﺮﺍﻋﺔ ﺍﻟﻐﺎﻣﻀﺔ ﻓﻲ ﻧﻘﺾ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ , ﺹ 8-7 (

Disepakati akan bolehnya melaknat orang yang mencerca para sahabat.

Di riwayatkan oleh Ibnu 'Umar radhiallahu anhu , sabda Nabi sallallahu alayhi wasallam , "Jika kamu melihat orang-orang yang mencela para sahabatku maka ucapkanlah laknat Allah atas kejahatan kalian!" (HR. Tirmidzi dan Al-Khatib).
Hal ini tak diragukan lagi sebab orang-orang yang mencaci para sahabat nabi adalah seburuk-buruk umat ini. Cacian dan cercaan kepada para sahabat nabi sallallahu alayhi wasallam adalah tradisi kaum rofidhoh dan syiah secara umum.

Mereka itulah yang dinamakan 'Yahudi Islam', yaitu kaum yahudi-nya umat ini.

Bahkan umat Yahudi lebih baik daripada mereka, sebab jika kita tanyakan tentang sahabat nabi Musa, mereka jawab, mereka adalah para kekasih orang-orang pilihan kami. Jika kita tanyakan orang nasrani tentang para hawari nabi Isa, mereka jawab, bahwa hawari Isa adalah para pemimpin dan orang terbaik kami. Namun jika kita tanyakan tentang para sahabat nabi Muhammad sallallahu alayhi wasallam kepada kaum rofidhoh dan syiah, mereka jawab, bahwa para
sahabat adalah orang-orang yang jahat dan zalim!

Semoga Allah perangi mereka karena ucapan keji itu.Kesimpulannya, kaum rafidhoh dan para pengekornya (syiah) telah ditetapkan dalam Qur'an dan Sunnah adalah ahli neraka dengan penetapan kekufuran atas mereka dan telah keluar dari agama Islam, betapa pun mereka tetap mengaku muslim.

Sebab, bukankah Yahudi dan Nasrani juga tetap mengaku muslim (pasrah) kepada Allah, dan mengklaim diri mereka ahli syurga?!

Oleh karena itulah, Allah berfirman: bukan karena angan-angan kalian dan juga angan-angan ahli kitab, siapa saja yang mengerjakan keburukan maka ia akan dibalas setimpal (QS. An-Nisa: 122). Dan jika dia tetap kukuh mengaku muslim dari umat Muhammad sallallahu alayhi wasallam, maka ia tergolong pengikut sekte sesat dan telah keluar dari garis sunnah dan jama'ah, dan termasuk ahli neraka. (hlm.7-8)

ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ: ﻓﻴﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﻣﺨﻠﺺ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻋﺎﻟﻢ ﺑﻠﺬﺓ
ﺇﺳﻼﻣﻪ ﻭﻃﻌﻢ ﺇﻳﻤﺎﻧﻪ ﺃﻥ ﻳﺆﺩﻱ ﺷﻜﺮﻩ ﻷﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﻓﻀﻼ
ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻟﻜﻦ ﻭﺟﺪﻧﺎ ﺃﺷﺮﺍﺭ ﻫﺬﻩ
ﺍﻷﻣﺔ ﻭﻳﻬﻮﺩﻫﺎ ﻳﻌﻨﻲ ﺍﻟﺮﻭﺍﻓﺾ ﺳﺒﻮﻩ ﻭﻃﻌﻨﻮﻩ ﻭﺭﻣﻮﻩ ﺑﺎﻟﻈﻠﻢ ﻭ
ﺣﺎﺷﺎ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻠﻄﻴﺐ ﺻﺎﺣﺐ ﺳﻮﺀ – ﻳﻌﻨﻲ ﺑﺎﻟﻄﻴﺐ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﺮﻭﺍﻓﺾ ﻫﻢ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ , ﻭﺣﻜﻤﻨﺎ ﺑﺎﻟﻜﻔﺮ
ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺳﺐ ﺃﺣﺪﺍ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﻣﺜﻞ ﺍﻟﺨﻠﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ ﻻ ﻳﺤﺒﻬﻢ ﺇﻻ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻻ ﻳﺒﻐﻀﻬﻢ ﺇﻻ
ﻣﻨﺎﻓﻖ ﻣﻌﺎﻧﺪ ﻛﺎﻓﺮ ﻣﻠﻌﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﺍﻷﺭﺿﻴﻦ ﻭﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﺃﻻ ﺇﻥ
ﻟﻌﻨﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ) ﺍﻟﺮﺍﻋﺔ ﺍﻟﻐﺎﻣﻀﺔ ﻓﻲ ﻧﻘﺾ ﻛﻼﻡ
ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ, ﺹ 11 (

Maka wajib atas setiap muslim yang ikhlas dalam imannya, dan merasakan kelezatan islam dan rasa imannya, untuk menunaikan rasa terimakasih kepada Abu Bakr As-Shiddiq, terlebih lagi kepada Rasulullah sallallahu alayhi wasallam .
Akan tetapi kita telah dapati seburuk-buruk umat ini dan yahudinya, yaitu kaum rafidhoh, telah mencaci dan mendiskreditkan beliau (Abu Bakr radhiallahu anhu) dan menuduhnya berbuat zalim.

Sungguh mustahil orang yang baik (yaitu Nabi Muhammad) memiliki teman yang jahat, namun kaum rofidhoh itulah orang kafir, dan kami telah memvonis kekufuran atas siapa saja yang mencaci salah seorang sahabat Nabi Muhammad
sallallahu alayhi wasallam , seperti Khulafa' Rasyidin.

Hanya orang mukminlah yang mencintai mereka, dan hanya orang munafik, keras kepala, dan kafir lah yang membenci mereka. Orang itu dikutuk dari tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit, ingatlah bahwa laknat Allah atas orang-orang
kafir! (hlm. 11).


Terkirim dari Samsung Mobile

Amalan

🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎
" MERENCANAKAN HUSNUL KHOTIMAH, MERAIH BAHAGIA SAAT MENUTUP USIA"

By: Dede Nurjannata  
( penulis buku 10 Amalan Penembus Benteng Langit.)

Husnul khotimah, bahagia di usia senja siapa yang tidak mau?
Semua orang, saya kira ingin mendapatknya,termasuk anda bukan?
Bahagia itu letaknya di hati bukan di harta, hati yang lembut, hati yang selalu mengingat Allah adalah sumber kebahagian hidup.
Ada pepatah bahsa arab yang mengatakan "Bunga yang indah tidak akan tumbuh di batu yang keras" bunga yang indah hanya akan tumbuh dan berkembang di tanah yang baik.
Begitupula kebahagian tidak akan tumbuh di hati yang lalai, kasar ,keras membatu.

Usia senja jangan jadi penghalang untuk semgat beribadah.

Ada kisah yang menarik buat saya, kisah ini di sebutkan dalam sunan ibnu majah 3810, hadisnya di hasankan oleh syeh Albani.

Seorang sohabiyah bernama umu hani, nama aslinya fakhitah binti abi tholib binti abdil mutholib, kuniyahny 
Ummu hani radialhu anha.

Ia datang kepada Rasulullah dan seraya berkata:

" Ya Rasulullah, tunjukan kepadaku satu amalan, sesungguhnya diriku telah menginjak usia senja, tua, dan badanku sudah mulai lemah.
Maka berkata Rosululah "Bertakbirlah 100 kali, bertahmidlah 100 kali , bertasbihlah 100 kali.
Sesungguhny pahala dari kalimat tersebut lebih baik di bandingkan dengan mempersiapkan 100 kuda pilihan untuk jihad fi sabililah, lebih baik di bandingkan dengan menyembelih 100 ekor unta lalu di bagikan dagingnya kepada fakir miskin, lebih baik di bandingkan membebaskan 100 budak.

Subhanallah... membaca hadis di atas membuat pembaca yang sudah lanjut usia mestinya terus semangat dalam beribadah kepada Allah.
Jika usia anda sudah menginjak 50 tahun berhati-hatilah karena anda dalam tawanan Allah, demikian menurut salah satu ucapan ulama salaf.

Merencanakan Husnul Khotimah.

Bagaimana kita merencanakan husnul khotimah?

Ini langkah - langkahnya

1. Membiasakan mekakukan ketaatan.

Agar wafat dalam ketaatan kepada Allah, meninggal saat sujud dalam sholat, meninggal saat ribat, haji, menuntut ilmu, zikir dan ketaatan-ketaatan lainya.

2. Membayangkangkan beratnya kematian atau beratnya sakaratul maut.

Sakaratul maut di rasakan seperti kambing yang di kuliti hidup hidup. ( hadis sohih muslim)

Ibnu Abas menyebutkan Rosululah  bersabda"  sesungguhnya malaikat maut datang kepada kalian 70 kali setiap hari, tapi kalian tenggelam dalam gelak tawa.

Jika sehari 70 kali malaikat maut menjeguk kita itu artinya setiap 21 menit sekali malaikat maut mendatangi kita.
Sudahkah anda meyadarinya ?

3. Membayangkan mati sebelum mati.

Cara ini banyak di lakukan para ulama salaf.

4. Memohon kepada Allah dengan doa-doa agar meninggal dunia dalam keadaan istikomah sampai akhir hayat.

5. Bergaul dengan orang orang sholeh, karena seseorang itu dengan siapa dia berkawan.

6. Meminta Taufiq kepada Allah.

7. Menjauhi ahlak dan kebisaan buruk.

8. Melazimi zikir pagi dan petang, jangan tinggalkan juga sayyidul istighfar.

9. Membiasakan berwudu sebelum tidur.

Agar saat nyawa kita di ambil kita dalam keadaan suci setelah berwudhu.

10. Buang jauh-jauh sifat mudah marah.
Pesan Nabi "La taghdob  walakal jannah"

Jangan marah dan untukmu adalah syurga!
Mudah-marah juga menunjukan rendahnya kuwalitas kita.
Penelitian terkini, mudah marah membuat pembuluh darah mudah pecah dan membawa pada kematian.

Semoga kita semua di wafatkan Allah dalam keadaan husnul khotimah..
Amien..
🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎


Terkirim dari Samsung Mobile

Monday, February 22, 2016

LGBT


BENARKAH ADA "FIQIH WARIA"?
Oleh: KH Hafidz Abdurrahman


Soal:

Maraknya LGBT saat ini juga memunculkan wacana tentang fiqih waria, yang konon telah dibahas oleh para fuqaha'. Apa sebenarnya yang dibahas oleh para fuqaha' tentang fiqih waria ini? Benarkah mereka melegalkan waria?

Jawab:

Para fuqaha' memang telah membahas pembahasan khusus tentang khuntsâ [hermaprodit]. Secara harfiah, khuntsâ diambil dari lafadz khunts, yang berarti lembut [layyin]. Jika disebut, khanatstu as-syai'a fatakhannatsa, maksudnya 'athiftu fa ta'atthafa [aku bersikap lembut kepadanya, sehingga dia menjadi lembut]. 

Dalam Mu'jam Lughat al-Fuqaha', Prof. Dr. Rawwas Qal'ahji menyatakan:

الَّذِيْ لَهُ آلَةُ الذَّكَرِ وَآلَةُ الأُنْثَى، أَوِ الَّذِيْ يَبُوْلُ مِنْ ثَقْبٍ وَلَيْسَ لَهُ آلَةُ ذَكَرٍ وَلاَ آلَةُ أُنْثَى.

"Orang yang mempunyai alat kelamin laki-laki, dan alat kelamin perempuan. Atau orang yang kencing melalui saluran, dimana dia tidak mempunyai alat kelamin laki-laki dan alat kelamin perempuan."   

Sedangkan istilah Mukhannats, digunakan untuk menyebut orang yang menyerupai wanita dalam hal kelemahlembutan, ucapan, pandangan, gerak-gerik, dan sebagainya. Biasanya mereka dilahirkan sebagai laki-laki, namun mempunyai beberapa karakter seperti perempuan. Ada juga yang memang lahir sebagi laki-laki, dan karakternya pun laki-laki, tetapi berpenampilan seperti perempuan. Mereka inilah yang disebut oleh Nabi sebagai mukhannatsîna min ar-rijâl [laki-laki yang bergaya perempuan].

Karena itu, fakta khuntsâ dalam konteks ini harus dibedakan menjadi dua. Pertama, khuntsâ, yang benar-benar diciptakan dengan kelamin ganda, atau sama sekali tidak mempunyai alat kelamin. Kedua, laki-laki yang diciptakan dengan kelamin laki-laki, tetapi bergaya seperti dan atau menjadi perempuan. Inilah yang disebut mukhannatsîna min ar-rijâl.

Dua fakta ini sama-sama dibahas dalam kitab fikih. Mengenai fakta mukhannatsîna min ar-rijâl, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama' fikih tentang status keharamannya. Karena, Nabi saw. dengan tegas menyatakan:

لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ المُخَنَّثِيْنِ مِنَ الرِّجَالِ، وَالمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ، قَالَ: فَقُلْتُ: مَا المُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ؟ قَالَ: المُتَشَبِهَاتُ مِنَ النِّساَءِ بِالرِّجَالِ [رواه أحمد في المسند وحسنه الأرناؤوط]

"Rasulullah saw. telah melaknat orang laki-laki yang menjadi perempuan, dan perempuan yang menjadi laki-laki." Berkata perawi hadits, "Aku bertanya, Apa yang dimaksud dengan perempuan yang menjadi laki-laki?" Baginda menjawan, "Perempuan yang menyerupai laki-laki." [Hr. Ahmad dalam Musnad, dinyatakan hasan oleh al-Arna'uth]

Dalam riwayat Bukhari, dari Ibn 'Abbas juga dinyatakan:

لَعَنَ النَّبِيُّ ﷺ المُخَنَّثِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ، وَالمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ، وَفِيْهِ عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ أَيْضًا: لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ المُتَشَبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ، وَالمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ.

"Nabi saw. telah melaknat orang laki-laki yang menjadi perempuan, dan perempuan yang menjadi laki-laki." Dari Ibn 'Abbas juga, "Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan, dan perempuan yang menyerupai laki-laki." [Hr. Bukhari]

Dalam redaksi yang lain, Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiya-Llahu 'anhu:

لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ مُخَنَّثِي الرِّجَالِ الَّذِيْنَ يَتَشَبَّهُوْنَ باِلنِّسَاءِ، وَالمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ المُتَشَبِّهِيْنَ بِالرِّجَالِ [صححه الأرناؤوط].

"Rasulullah saw. telah melaknat laki-laki yang menjadi perempuan, yaitu mereka yang menyerupai kaum perempuan. Juga melaknat perempuan yang menjadi laki-laki, yaitu yang menyerupai laki-laki." [Hr. Ahmad, dinyatakan sahih oleh al-Arna'uth]

Hadits-hadits di atas dengan tegas menyatakan keharaman laki-laki menyerupai perempuan. Mereka inilah yang disebut Mukhannatsîn min al-rijal. Dalam hal ini tidak ada perselisihan pendapat. Juga tidak ada ruang ijtihad, karena sudah tegas dinyatakan oleh nash. Sebagaimana dalam kaidah:

لاَ إِجْتِهَادَ مَعَ وُرُوْدِ النَّصِّ

"Tidak ada ruang berijtihad, selama ada nash yang menjelaskannya."

Karena dalam konteks ini tidak ada ruang berijtihad, dan tidak ada ruang pembenaran terhadap penyimpangan perilaku tersebut, maka yang dilakukan oleh Islam terhadap mereka adalah mengharamkan penyimpangan perilaku, menghukumnya dengan ta'zir, membentuk dan menyembuhkannya dari penyimpangan tersebut. Bukan dengan membiarkan, apalagi menjustifikasi penyimpangan ini.

Inilah ketentuan hukum yang dibahas oleh para fuqaha' terkait dengan kasus Mukhannatsîna min ar-rijâl. Ini berbeda dengan fakta khuntsâ itu sendiri. Karena masing-masing mempunyai fakta yang berbeda, satu dengan yang lain.

Mengenai fakta khuntsâ, para fuqaha' telah membagi menjadi dua:
1- Khuntsâ Musykil, orang yang mempunyai kelamin ganda, dan dua-duanya berfungsi, atau sebaliknya tidak mempunyai kelamin sama sekali.
2- Khuntsâ Ghair Musykil, yaitu orang yang mempunyai dua kelamin ganda, tetapi secara definitif jelas. Jika yang berfungsi kelamin laki-laki, maka dia dihukumi laki-laki. Tetapi, jika yang berfungsi kelamin perempuan, maka dia pun dihukumi perempuan.

Dari sini jelas, bahwa Khuntsâ Musykil ini mempunyai ciri-ciri laki-laki atau perempuan, dan tidak diketahui apakah dia laki-laki atau perempuan. Khuntsâ Musykil ini, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bisa dikategorikan menjadi dua: Pertama, mempunyai kelamin ganda, dan keduanya sama-sama berfungsi. Kedua, tidak mempunyai kelamin sama sekali, tetapi mempunyai jalur lain untuk membuang air.

Jumhur fuqaha' berpendapat, jika Khuntsâ Musykil ini kencing sebelum baligh dari kelamin laki-laki, maka dia dihukumi laki-laki. Jika dia kencing melalui kemaluan perempuan, maka disebut perempuan. Namun, setelah baligh, kondisinya tampak dengan salah satu ciri yang menonjol. Jika dia keluar jenggot, mengeluarkan sperma melalui testis, atau bisa menghamili perempuan, maka dia dihukumi laki-laki. Begitu juga ketika tampak ciri-ciri keberaniannya, sikap kesatria dan sabar menghadapi musuh, maka ini menjadi indikasi kejantanannya, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam as-Suyuthi, menukil dari pendapat Imam al-Isnawi. 

Namun, jika dia mempunyai embing susu, dan bisa mengeluarkan air susu, menstruasi, atau bisa disetubuhi, maka dia jelas perempuan. Begitu juga hamil, melahirkan adalah bukti yang nyata, bahwa dia perempuan. Begitu juga tampak dari kecenderungan seksualnya. Misalnya, jika dia menyukai laki-laki, maka dia dihukumi perempuan. Sebaliknya, jika dia menyukai perempuan, maka dia dihukumi laki-laki. Maka, Imam as-Suyuthi menjelaskan, "Istilah Khuntsa dalam fiqih digunakan dengan konotasi Khuntsa Musykil."

Ibn Qudamah, rahimahu-Llah, berkata:

ولا يخلو الخنثى من أن يكون مشكلاً، أو غير مشكل: فإن لم يكن مشكلاً، بأن تظهر فيه علامات الرجال: فهو رجل له أحكام الرجال، أو تظهر فيه علامات النساء: فهو امرأة له أحكامهن، وإن كان مشكلاً فلم تظهر فيه علامات الرجال ولا النساء: فاختلف أصحابنا في نكاحه، فذكر الخرقي أنه يرجع إلى قوله، فإن ذكر أنه رجل، وأنه يميل طبعه إلى نكاح النساء: فله نكاحهن، وإن ذكر أنه امرأة يميل طبعه إلى الرجال: زوِّج رجلاً؛ لأنه معنى لا يتوصل إليه إلا من جهته، وليس فيه إيجاب حق على غيره، فقُبل قوله فيه كما يقبل قول المرأة في حيضها، وعدتها، وقد يَعرف نفسه يميل طبعه إلى أحد الصنفين، وشهوته له؛ فإن الله تعالى أجرى العادة في الحيوانات بميل الذكر إلى الأنثى، وميلها إليه، وهذا الميل أمر في النفس والشهوة لا يطلع عليه غيره، وقد تعذرت علينا معرفة علاماته الظاهرة، فرُجع فيه إلى الأمور الباطنة فيما يختص هو بحكم.

"Khuntsa itu ada yang Musykil dan ada yang Ghair Musykil. Jika dia bukan Khuntsa Musykil, misalnya menampakkan ciri-ciri laki-laki, maka dia laki-laki, dan kepadanya berlaku hukum laki-laki. Atau menampakkan ciri-ciri perempuan, maka dia perempuan, dan kepadanya berlaku hukum perempuan. Jika dia Khuntsa Musykil, dia tidak menunjukkan ciri laki-laki maupun perempuan, maka ashhab kami [pengikut mazhab Hanbali] berbeda pendapat tentang hukum menikahinya. Al-Khiraqi menyatakan, bahwa ini bisa dikembalikan kepada pendapat orang tersebut. Jika dia menyatakan laki-laki, dan mempunyai kecenderungan untuk menikahi perempuan, maka dia boleh menikahi petempuan. Namun, jika dia menyatakan perempuan, dan mempunyai kecenderungan kepada laki-laki, maka dia pun dinikahkan dengan laki-laki. Sebab, makna ia tidak bisa dicapai, kecuali dari pihaknya, dimana dalam hal ini tidak boleh memaksakan hak kepada yang lain, artinya ucapan dia bisa diterima, sebagaiman ucapan wanita tentang haid dan masa iddahnya. Jadi, dia boleh saja menyatakan dirinya cenderung kepada salah satu dari dua jenis, dan tertarik kepadanya. Sebab, Allah SWT juga telah menjadikan hewan jantan tertarik kepada betina, dan betina tertarik kepada jantan. Ketertarikan ini masalah jiwa dan syahwat, yang tidak bisa diungkapkan oleh orang lain. Kita pun kadang tidak bisa mengetahui ciri lahiriahnya. Maka, dalam hal ini keputusannya bisa dikembalikan kepada perkara batin, yang khusus baginya."   

Inilah pembahasan tentang Khuntsâ, menurut para fuqaha'. Pembahasannya pun definitif, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam as-Suyuthi, terkait dengan orang yang mempunyai kelamin ganda. Tidak ada kaitannya dengan orang yang melakukan penyimpangan perilaku, karena hukumnya sudah jelas haram, dan dilaknat oleh Rasulullah saw.

Pembahasan Khuntsâ ini terkait dengan fitrah, takdir dan kudrat yang ditetapkan oleh Allah SWT kepada seseorang. Karena itu, terkait dengan masalah Khuntsâ ini tidak ada pembahasan tentang keharaman statusnya, atau laknat dan adzab terhadapnya. Karena ini betul-betul merupakan masalah fitrah, takdir dan kudrat yang ditetapkan oleh Allah SWT kepada seseorang. Ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dipilih oleh seseorang. Ini berbeda dengan orang normal yang lahir sebagai laki-laki atau perempuan, kemudian ingin menjadi lawan jenis yang berbeda. Karena itu, para fuqaha' pun memilah di antara keduanya dengan istilah yang berbeda. Yang satu disebut Khuntsa, sedangkan yang satu lagi disebut Mukhannats.

Pembahasan tentang Khuntsa, tidak hanya untuk mengidentifikasi jenis kelamin, tetapi juga hukum-hukum yang terkait dengan statusnya sebagai laki-laki atau perempuan, setelah teridentifikasi. Jika terbukti sebagai laki-laki, maka dia harus menikah dengan perempuan, begitu juga sebaliknya. Hukum berikutnya terkait dengan hak waris, perwalian dan hukum-hukum yang lain.

Karena itu, menyatakan bahwa LGBT legal, dan telah dibahas oleh para fuqaha' dalam pembahasan fiqih waria, jelas merupakan kebohongan yang luar biasa. Kebohongan yang didasari kebodohan tentang fiqih dan pandangan para fuqaha', atau niat jahat untuk melegalkan LGBT yang jelas-jelas diharamkan dalam Islam. Wallahu a'lam.



Khadim Majelis-Ma'had Syaraful Haramain
@Hafidz_AR1924
www.Facebook.com/har

Terkirim dari Samsung Mobile

Wednesday, February 17, 2016

Udang dibalik HAM

" Ada Udang Di Balik HAM "

oleh : Husein bin Ali as-Seggaf*

Selalu berdalih dengan " Hak Asasi Manusia " adalah satu2nya jurus jitu yang dimiliki kaum SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme Liberalisme )  untuk menjalankan misi mereka membawa ummat agar jauh dan melepaskan diri dari aturan Allah swt. Mereka menyalahgunakan makna dari "Hak Asasi Manusia" sehingga, Syari'at seakan-akan adalah hal yang ringan dan tidak penting, sekarang zaman modern manusia bebas berpendapat atas dasar "HAM" yang mereka miliki.

Ketika ada yang mengaku sebagai Nabi baru dalam agama Islam,  bahkan memproklamirkan diri sebagai Jibril dan titisan tuhan,   Mereka orang pertama yang mengatakan " boleh, itu Hak Asasi ...."

Ketika ada yang terang-terangan membela dan mempropagandakan bahwa LGBT (Lesbian, Gay, Bisex & Transgender) itu hal yang wajar dan boleh,
Mereka pun mengatakan "tak apa, itu Hak Asasi ....." 

Ketika ada yang mengatakan bahwa kisah-kisah dalan Alqur'an tidak valid, hanya dongeng,  
Lagi-lagi merekalah yang pertama mengatakan " No problem, itu Hak Asasi ..... "


Sebuah pribahasa populer berbunyi; Ada udang dibalik batu. Melihat fenomena tragis ini, layak pula jika kita katakan "Ada udang di balik HAM ! "

Musuh-musuh Allah tidak akan mampu untuk merubah  Al-qur'an satu titikpun, ini merupaka Janji Allah dalam surat Al-Hijr ayat ke-9 :

  إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Maka dari itu mereka menjerumuskan ummat dengan cara yang licik, mencari justifikasi atas nama HAM. Di balik itu, masyarakat digiring untuk selalu memikirkan HAM tanpa menimbang apa yang akan mereka lakukan dengan perintah dan larangan Allah swt, tanpa memikirkan apakah HAM yang mereka junjung tinggi bertentangan dengan Hak Sang Pencipta swt ? Apakah Melanggar syari'at ALLAH SWT ?


ALLAH SWT telah mengatur semua makhluknya dengan hak yang sangat adil, semua sudah di tentukan dengan jelas  Hak seorang manusia secara umum, Hak seorang suami, Hak seorang istri, Hak orang tua, Hak bayi yang baru lahir, Hak jenazah, Hak kafir dzimmi dan lain sebagainya semua sangat jelas,teratur dan indah. Bahkan hewan pun memiliki hak di dalam Islam, ketika hewan akan disembelih di dalam Islam harus disembelih dengan cara yang baik, haram hukumnya jika disiksa terlebih dahulu, Rasul saw bersabda :
إذا ذبحتم فأحسن الذبحة

" Jika kalian menyembelih hewan, maka sembelih lah dengan cara yang baik (harus dengan pisau yang tajam, dibagian yang tepat untuk disembelih, dll) "

Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai makhluk untuk sadar diri, siapa kita? Untuk apa kita diciptakan? Apa yang harus kita kerjakan dan tinggalkan daripada aturan ALLAH SWT? 

Bukan justru seakan semua ringan, manusia bebas dengan hak mereka tanpa batas, lupa jika mereka hanyalah hamba yang kelak dimintai pertanggungjawaban dihadapan ALLAH SWT. Wallahu a'lam..


*Penulis adalah anggota divisi Fiqih dan Ushul Fiqh FMI (Front Mahasiswa Islam ) Jatim & Mahasiswa Fak Syariah dan Hukum  Univeristas al-Ahgaff


Terkirim dari Samsung Mobile

Ahlilbait

DZURRIYYAH RASULULLAH SAW AKAN TERUS WUJUD HINGGA AKHIR ZAMAN
Fadhilah dzatiyyah yang dikaruniakan Allah swt kepada keturunan Rasulullah saw, sama sekali tidak lepas dari rasa tanggung jawab mereka yg lebih berat dan lebih besar daripada yg harus dipikul oleh orang lain.mereka ini selalu menyadari kedudukannya ditengah-tengah umat islam. Mereka wajib menjaga diri dari ucapan-ucapan atau perbuatan dan sikap yg dapat mencemarkan kemuliaan Rasulullah saw.mereka wajib pula menyadari tanggung jawabnya yg lebih besar atas citra islam dan umatnya,dengan demikian maka kewajiban menghormati mereka yg dibebankan oleh syariat kepada kaum muslimin dapat diwujudkan dengan sebaik-baiknya.tidak akan ada kesan bahwa para keturunan Rasulullah saw menonjolkan diri menuntut penghormatan dari orang lain, karena kaum muslimin yg menghayati syariat islam pasti menempatkan mereka pada kedudukan sebagaimana yg telah menjadi ketentuan syariat. Kemuliaan dan kedudukan mereka perlu dipahami oleh kaum muslimin terutama oleh orang-orang keturunan ahlul bait sendiri sebagai pihak yg paling berkewajiban menjaga kemuliaan martabat Rasulullah saw,dan ahlul bait beliau.
Imam zamakhsyari dalam kitab al kasyaf mengutip apa yg ditulis oleh imam fakhurrozi dalam kitab al kabir :
Barangsiapa wafat dalam mencintai keluarga Rasullah saw,maka ia mati syahid.
Sungguh barangsiapa yang wafat dalam keadaaan mencintai keluarga muhammad, maka orang itu akan memperoleh ampunan atas dosa-dosanya.
Rasullah saw bersabda:
Seorang hamba Allah belum sempurna keimanannya sebelum kecintaanya kepadaku melebihi kecintaan kepda diri sendiri,sebelum kecintaanya kepada keturunanku melebihi kecintaan kepada keturunan sendiri,sebelum kecintaan kepada ahlul baitku melebihi kecintaan kepada keluarganya sendiri dan sebelum kecintaan kepada dzatku melebihi kecintaan kepada dzatnya sendiri.
(HR.ath thabrani)
Rasullah saw bersabda:
Ahlul baitku dan para pencintanya dikalangan umatku,akan bersama-sama masuk surga sepertu dua jari telunjuk ini.
(HR.thabrani)
Rasullah saw bersabda:
Hendaklah kalian tetap memelihara kasih sayang dengan kami (ahlul bait) sebab pada hari kiamat kelak orang yg bertemu dengan Allah dalam keadaan mencintai ahlu bait akan masuk surga dengan syafaat kami,demi Allah yg nyawaku berada ditangannya amal seorang hamba tidak dapat bermanfaat baginya tanpa mengenal hak-hak kami (ahlul bait).
(HR.thabrani)
Rasulullah saw bersabda:
Hai manusia,barangsiapa membenci kami(ahlu bait),maka pada hari kiamat Allah akan menggiringnya sebagai orang yahudi.
(HR.thabrani)
Rasullah saw bersabda:
Orang yg membenci kami (ahlul bait) pasti akan dimasukkan ke neraka.
(HR.athabrani)
Rasulullah saw bersabda:
Barangsiapa yg hendak bertawasul (berwasilah) dan ingin mendapar syafaatku pada hari kiamat kelak,hendaklah ia menjaga hubungan silaturohim dengan aahlu baitku dan berbuat menggembirkan mereka.
(HR.addailami)
Rasulullah saw bersabda;
Diantara kalian yg paling mantap berjalan diatas shirat ialah yg paling besar kecintaanya kepada ahlu baitku dan para sahabatku.
(HR. addailami)
Rasullah saw bersabda:
Empat orang yg akan memperoleh syafaatku pada hari kiamat adalah:orang yg menghormati ahlu baitku,orang yg memenuhi kebutuhan mereka,orang yg berusaha membantu urusan mereka pada saat diperlukan dan orang yg mencintai mereka dengan hati dan lidahnya.
(HR.imam ahmad)
Rasulullah saw bersabda:
Siapa yg membenci ahlu baitku,ia adalah orang munafik.
(HR.imam aahmad)
Rasulullah saw bersabda:
Mereka (ahlu bait) adalah keturunanku,diciptakan dari darah dagingku dan dikaruniakan pengertian serta pengetahuanku.maka celakalah orang dari umatku yg mendustakan mereka dan memutuskan hubungan denganku melalui pemutusan hubungan dengan mereka dan kepada orang-orang seperti ini Allah tidak akan menurunkan syafaatku.
(HR alhakim)
Abu bakar shiddiq berkata:
Jagalah baik-baik wasiat muhammad saw mengenai ahlu baitnya.
Kerabat Rasullah saw lebih kucintai daripada kerabatku sendiri
(HR.bukhori)
Imam ibnu hajar asqalani berkata :
Orang harus menahan diri jangan sampai mengecam mereka(ahlu bait rasullah saw) jika ada seorang diantara mereka yg berbuat fasik atau lainnya,maka yg harus dikecam hanyalah perbuatannya bukan dzatnya karena dzatnya itu merupakan bagian dari Rasullah saw sekalipun antara dzat beliau saw dan dzat orang itu terdapat perantara.
Ibnu taimiyyah ulama andalan orang-orang yg mengingkari ahlu bait, didalam kitabnya Risholatul furqon hal.163 mengetengahkan pembahasan kecintaan kepada Ahlu bait Rasullah saw,dan dalam pendapatnya ibnu taimiyyah dalam kitab al washiyatul kubra hal.297 mengatakan;
Demikianlah para anggota keluarga(ahlu bait) Rasulullah saw mempunyai beberapa hak yg harus dipelihara dengan baik oleh umat muhammad.kepada mereka Allah telah memberi hak menerima bagian dari ghanimah,selain hak tersebut mereka ahlu bait juga punya hak yg lain yaity hak beroleh ucapan shalawat dari umat muhammad saw sebagaimana yg telah diajarkan oleh beliau Rasullah saw.
Lalu ibnu taimiyah masih dalam kitab yg sama menuliskan hadis yg bersumber dari ka'ah bin syajarah beberapa saat setelah turuh surat al aahzab ayat 56 turun.
Ka'ah berkata : kami para sahabat bertanya "Ya Rasulullah kami telah mengetahui bagaimana cara mengucapkan salam kepadamu,tetapi bagaimanakh cara mengucapkan shalawat kepadamu...??Rasullah saw bersabda:Ucapkanlah Ya Allah limpahkanlah sholawat kepada muhammad dan keluarga muhammad"
Dan ibnu taimiyyah juga menukil hadis yg lain yg berasal dari para sahabat Nabi saw bahwasanya Rasullah saw bersabda:
Janganlah kalian bersholawat untukku dengan sholawat batra,lalu shabat bertanya kembali:apakah yg dimaksud sholawat batra ya Rasul...??Beliau saw menjawab:kalian mengucapkan:"Ya Allah limpahkanlah sholawat kepada muhammad"lalu kalian berhenti disitu...!maka ucapkanlah " Ya Allah limpahkanlah sholawat kepada muhammad dan keluarga muhammad"
ALLAHUMMA SHOLLI ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN WA ALIHI WASHOHBIHI WABARIK WASALIM
sumber : http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com


Terkirim dari Samsung Mobile

Monday, February 15, 2016

Diskusi Sunni - Wahabi

Debat 1 Sunni Melawan 3 Wahabi
Santri.Net | Pusat Konsultasi Islam / Ustadz M. Hasan Hasbullah / 12 jam yang lalu

PERDEBATAN AL HAFIZH AS-SAYYID AHMAD SHIDDIQ AL-GHUMARI AL HASANY BERSAMA 3 ULAMA SALAFY WAHHABY

Nama lengkap beliau adalah Syaikh Al Muhaddits Abul Faidh Ahmad bin Muhammad bin Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi, beliau wafat th 1380-H. Beliau hafal lebih dari 100.000 hadits dan telah mengarang puluhan kitab2 takhrij, tahqiq bahkan 'ilal wal juruh terhadap hadits2 namun beliau tidak gembar-gembor seperti yang lain.

Diantara kitab2 karangan beliau adalah :

1- المداوي لعلل الجامع الصغير وشرحي المناوي
2- الهداية تخريج البداية وهو تخريج لاحاديث بداية المجتهد لابن رشد
3- رفع المنار لطرق حديث "من سئل عن علم فكتمه ألم بلجام من نار
4- المسهم في بيان حال حديث طلب العلم فريضة علي كل مسلم
5- الأجوبة الصارفة لأشكال حديث الطائفة ومعه كتابه : إظهار ما كان خفيا بنكارة حديث لو كان العلم بالثريا
6- بيان تلبيس المفتري محمد زاهد الكوثري
7- إقامة الدليل على حرمة التمثيل
8- الاستعاذة والحسبلة ممن صحح حديث البسملة
9- تبيين البَلَه ممن انكر وجود حديث : ومن لغا فلا جمعة له
10- ابراز الوهم المكنون من كلام ابن خلدون
11 وسبل الهدى والرشاد في ابطال حديث اعمل لدنياك كانك تعيش ابدا
12- وهدية الصغراء بتصحيح حديث التوسعة يوم عاشوراء
13- والافضال والمنة في رؤية النساء لله في الجنة
14- والاقناع بصحة صلاة الجمعة في المنزل خلف المذياع
15- الاستنفار لغزو التشبه بالكفار
16- الحسبة على من جوز صلاة الجمعة بلا خطبة

Al-Hafizh As Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Al-Shiddiq Al-Ghumari Al-Hasani adalah seorang ulama ahli hadits yang terakhir menyandang gelar AL-HAFIZH (gelar tertinggi dalam bidang ilmu hadits)..

Ia memiliki kisah perdebatan yang sangat menarik dengan ulama kaum Wahhabi. Dalam kitabnya: ( جؤنة العطار في طرف الفوائد ونوادر الأخبار), sebuah autobiografi yang melaporkan perjalanan hidupnya, beliau mencatat sebuah kisah sebagai berikut ;

"Pada tahun 1356 H ketika saya menunaikan ibadah haji, saya berkumpul dengan tiga orang ulama Wahhabi di rumah Syaikh Abdullah al-Shani' di Mekkah yang beliau juga seorang ulama Wahhabi dari Najd.

Dalam pembicaraan itu, mereka menampilkan seolah-olah mereka ahli hadits, amaliahnya paling sesuai dengan hadits dan anti terhadap taklid. Tanpa terasa, pembicaraan pun masuk pada soal penetapan ketinggian tempat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala itu ada di atas 'Arasy sesuai dengan ideologi Wahhabi.

Mereka menyebutkan beberapa ayat al-Qur'an yang secara literal (zhahir) mengarah pada pengertian bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala itu ada di atas 'Arasy sesuai keyakinan mereka. Seperti ayat ;

الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى ) طه/ 5

"Ar Rahman yg bersemayam di atas 'Arsy." (QS Thoha : 5)

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى العَرْشِ ) الأعراف/ 54

"Kemudian IA bersemayam di atas 'Arsy." (QS Al A'raf : 54)

************

Akhirnya saya (al-Ghumari) berkata kepada mereka:

"Apakah ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi termasuk bahagian dari al-Qur'an?"

Para Ulama Wahhabi itu menjawab: "Ya."

Saya berkata: "Apakah meyakini apa yang menjadi maksud ayat-ayat tersebut dihukumi wajib?"

Para ulama Wahhabi serentak menjawab: "Ya."

Saya berkata: "Lalu bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ). (الحديد : ٤)

"Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada?!" (QS. al-Hadid : 4).

Apakah ini juga termasuk al-Qur'an?"

Para ulama Wahhabi tersebut menjawab: "Ya, tentu saja termasuk al-Qur'an."

Saya berkata:

"Lalu bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala:

مَا يَكُوْنُ مِنْ نَجْوَى ثَلاَثَةٍ إِلاَّ وَهُوَ رَابِعُهُمْ. (المجادلة : ٧).

"Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya…." (QS. al-Mujadilah : 7).

Apakah ayat ini termasuk al-Qur'an juga?"

Para ulama Wahhabi itu menjawab: "Ya, itupun termasuk al-Qur'an."

Saya berkata: "(Kedua ayat ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala tidak di langit). Lalu mengapa Anda menganggap ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi yang menurut asumsi Anda menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala ada di langit lebih utama untuk diyakini dari pada kedua ayat yang saya sebutkan yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak ada di langit..?!
Padahal kesemua ayat tersebut juga dari Allah Subhanahu wa Ta'ala?"

Para ulama Wahhabi itu menjawab: "Imam Ahmad yang mengatakan demikian."

Saya berkata kepada mereka: "Nah, mengapa kalian kali ini malah taklid kepada pendapat Imam Ahmad dan tidak mengikuti dalil..?!"

Tiga ulama Wahhabi itu pun terbungkam. Tak satu kalimat pun keluar dari mulut mereka. Sebenarnya saya menunggu jawaban mereka yang lain, yaitu bahwa ayat-ayat yang saya sebutkan tadi harus dita'wil, sementara ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala ada di langit tidak boleh dita'wil..

Seandainya mereka menjawab demikian, tentu saja saya akan bertanya lagi kepada mereka, lalu siapa yang mewajibkan menta'wil ayat-ayat yang saya sebutkan dan melarang menta'wil ayat-ayat yang kalian sebutkan tadi..?!

Seandainya mereka pun mengklaim adanya ijma' ulama yang mengharuskan menta'wil ayat-ayat yang saya sebutkan tadi, tentu saja saya akan menceritakan kepada mereka informasi beberapa ulama Muhaddits besar seperti al-Hafizh Ibn Hajar tentang ijma' ulama salaf untuk tidak menta'wil semua ayat-ayat sifat dalam al-Qur'an, bahkan yang wajib harus mengikuti pendekatan tafwidh (menyerahkan pengertiannya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala)."

Demikian kisah Al-Imam Al 'Allamah Al-Hafizh Ahmad bin Al-Shiddiq Al-Ghumari dengan tiga ulama besar kaum Wahhabi pada masanya. Aku menceritakan kisah ini bukan untuk mencela siapapun, dan bukan untuk berdebat kepada siapapun, karena umurku sangat pendek dan aku tak sempat mengisinya dengan perdebatan, namun aku hanya ingin menunjukkan bahwa jangan pernah kita mengklaim bahwa kebenaran adalah hanya milik kelompok kita, dan yang lain adalah salah, hendaklah kita saling menghormati walau dalam perbedaan, karena Islam hanya akan menjadi indah jika kita bisa saling mengakui kelebihan dan kelemahan kita dan juga orang lain wahai saudaraku..

Nafa'ani waiyyaakum..

(Diambil dan diolah dari berbagai sumber)
Syaikh Al Muhaddits Al Hafizh Abul Faidh Ahmad bin Muhammad bin Shiddiq Al Ghumary Al Hasany Al Maghroby RahimahuLLAAHu Ta'ala 'anhu


Terkirim dari Samsung Mobile

Sunday, February 14, 2016

Maria Van Engels

Kisah Cinta Seorang Habib dengan Gadis Belanda Non-Islam
=============================

Berikut ini adalah sepenggal cerita yang ditulis langsung oleh cucunya, yaitu al-Habib Alwi Shahab, salah satu wartawan senior yang kini aktif di Republika. Cerita tentang percintaan dua insan beda agama, seorang habib dan gadis Belanda non Islam, yang berlanjut ke jenjang pernikahan.

Berita pernikahannya sempat membuat gempar tanah Betawi karna Jiddah Non adalah gadis berkebangsaan Belanda dan beritanya sampai masuk sebuah surat kabar pada masa itu dengan judul "Rane Rame di Kediaman Sayyid Ali al-Habsyi di Kwitang".

a.    Maria van Engels; Noni Belanda Menantu Habib Ali Kwitang

Noordwijk (Jl. Juanda) dan Rijswijk (Jl. Veteran) diapit Ciliwung merupakan kawasan elit Eropa. Di sini terdapat istana, toko-toko penjual produk dan busana Eropa. Ada sejumlah hotel, teater, klab malam, dan tempat hiburan lainnya. Semua dengan ciri-ciri Eropa modern. Lebih-lebih saat Raffles (1811-1816), letnan jenderal Inggris, menjadikannya kawasan warga Eropa. Berdekatan dengan Noordwijk terletak Jl. Pecenongan, Jakarta Pusat, yang juga banyak dihuni warga Eropa. Diantaranya, keluarga Engels, warga Belanda.

Van Engels beristri gadis Wonosobo, Jawa Tengah, saat dia bekerja di onderneming (perkebunan) teh di kaki Gunung Dieng. Mungkin untuk mencari peruntungan yang lebih baik, keluarga Van Engels penganut Katolik kemudian hijrah ke Batavia. Ia pun dapat tugas turut membangun jalan kereta api dari Batavia ke Jawa Timur. Dia punya dua orang gadis, Maria dan Lies van Engels. Sebagai gadis Indo Belanda, Maria berkulit putih, cantik dan tinggi semampai. Dia bekerja di toko penjahit di Noordwijk.

Di dekat Pecenongan, terletak Gang Abu, yang banyak dihuni keturunan Arab, saat Belanda membolehkan mereka tinggal di luar Kampung Arab, Pekojan, Jakarta Kota. Seorang habib, Abdurahman al-Habsyi, putra sulung Habib Ali pendiri Majelis Taklim Kwitang, Jakarta Pusat, sering mendatangi kawan-kawannya di Gang Abu, melewati tempat Maria van Engels bekerja. Habib Ali, ayah Habib Abdurahman lahir 1867, meninggal 1968 dalam usia 102 tahun.

Diperkirakan, saat pertemuan antara pemuda keturunan Arab dengan gadis Indo itu terjadi sekitar akhir 1880-an. Hampir tiap hari Habib Abdurahman menyambangi tempat Maria bekerja. Mula-mula memang dicuekin. Tapi berkat kegigihan sang habib, akhirnya kedua remaja berlainan agama itu saling terpikat. Maria pun terlebih dulu menyatakan setuju menjadi muslimah dan mengganti nama jadi Mariam. Bahkan, ibunya yang biasa disebut 'Encang', ikut bersama anak gadisnya. Konon, menjelang pernikahan mereka di kediaman Habib Ali Kwitang (kini jadi majelis taklim), tersiar isu serombongan tentara Belanda siap mendatangi kampung Kwitang untuk menggagalkannya.

Namun, rupanya jamaah Kwitang tak kalah gesit. Sejumlah jagoan dan jawaranya, seperti Haji Sairin, Haji Saleh, dan banyak lagi, bersiap menyambut kedatangan mereka. Mereka nongkrong di Warung Andil, perempatan Jalan Kramat II (dulu gang Adjudant) dan Kembang I. Bersenjatakan golok sambil berkorodong kain sarung, mereka siap menyambut kedatangan soldadoe Belanda yang akhirnya urung datang.

Setelah pernikahan secara Islam, Mariam jadi menantu kesayangan Habib Ali dan tinggal di samping rumah mertuanya. Ia cepat dapat bergaul dan berpartisipasi dengan masyarakat sekitar. Orang-orang kampung Kwitang menyebutnya 'Wan Enon' atau 'Ibu Enon'. Sedang cucu-cucunya memanggil 'Jidah Non'. Jidah adalah sebutan nenek dalam bahasa Arab.

Setelah berkeluarga, Jidah Non oleh suaminya diminta untuk tidak keluar rumah selama dua tahun. Dengan maksud melatih dan mendidik sang mualaf ajaran Islam. Sejak saat itu dia tidak pernah melepaskan busana Muslim. Memakai kain dan kebaya, serta berkerudung, dan hampir tidak pernah melepaskan tasbih. Sampai akhir hayatnya dia pun berusaha untuk tidak menemui orang yang bukan muhrim. Sedang ibunya yang juga tinggal bersama menantunya, menjadi seorang ibu salehah. Bahkan ia diberangkatkan ke tanah suci.

b.    Kehidupan Maria van Engels Pasca Ditinggal Wafat Sang Suami

Setelah Habib Abdurahman wafat 1940, Jidah Non tetap menjalankan kehidupannya dengan penuh takwa. Untuk membantu keluarga – yang sebagian sudah menikah – dia berdagang jamu. Mulai jamu beranak sampai jamu nafsu makan. Dia memiliki keahlian dalam pengobatan herbal dan memiliki sebuah buku tentang pengobatan dan obat-obatan tradisional dalam bahasan Belanda. Dia juga berjiwa sosial. Sering memberikan pertolongan bila yang sakit orang tidak berpunya, dan memberikan jamu secara gratis. Sayangnya setelah almarhum wafat awal 1961, buku yang sangat berharga itu raib begitu saja.

Sekalipun berbeda agama, tapi hubungan dengan adiknya Lies van Engels, tetap mesra. Kalau mereka bertemu saling mencium pipi. Pada 1957, hubungan Indonesia– Belanda putus akibat soal Irian Barat (Papua). Sementara Bung Karno menasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda, sambil menyerukan pada pekerjanya untuk mengambil alih. Lies pun pulang ke Nederland bersama puterinya dan tinggal di Wesp, dekat Amsterdam.

Suatu malam di tahun 1961, Wan Non, yang sedang sakit, menginginkan semua keluarga berada di dekatnya. Dan di malam itu juga ia wafat. Jenazahnya dibaringkan di dekat kamar mertuanya, Habib Ali Kwitang. Sejumlah ulama terkemuka Jakarta, seperti KH. Abdullah Syafi'i, KH. Tohir Rohili, KH Nur Ali, hadir diantara ribuan pelayat. Wan Non, yang meski terlahir dari keluarga Non Muslim, menjadi satu contoh keberhasilan didikan agama yang ketat dari seorang suami dan kepala rumah tangga. Meski suaminya kemudian wafat lebih dulu (1941), Wan Non tetap menjalankan kehidupannya dengan penuh taqwa, hingga akhir hayatnya.

c.    Sosok Suami, Habib Abdurrahman Al-Habsyi

Nah, lalu bagaimana sosok Habib Abdurrahman suami Maria van Engels ini? Beliau adalah putra seorang ulama masyhur Betawi keturunnan Hadhramaut, Habib Ali al-Habsyi. Habib Abdurrahman lahir sekitar tahun 1890 di kampung Kwitang, Jakarta. Anak sulung dari Habib Ali al-Habsyi. Ayahnya adalah guru yang pertama baginya. Memang, Sosok putra sulung Habib Ali Kwitang ini tidak banyak diketahui orang. Mungkin karena ia wafat selagi muda, jauh sebelum wafatnya Habib Ali Kwitang sendiri.

Selain kepada ayahnya, ia juga menyempatkan diri untuk berguru kepada Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas Bogor dan Habib Ahmad bin abdullah Al-Attas Pekalongan. Meski tidak sempat lama, ia pernah pula menuntut ilmu di negeri leluhurnya, Hadramaut. Di sana ia berguru kepada sejumlah ulama besar Hadramaut di masa itu.

Habib Abdurrahman aktif mengikuti berita-berita pergerakan yang tengah marak pada saat itu. Diantara kawan akrabnya adalah H. Agus Salim, seorang tokoh pergerakan nasional yang terkenal. Sewaktu terjadi ikhtilaf antara Jami'at Kheir dan al-Irsyad, ia mengkliping berita-berita dari berbagai surat kabar dan tulisan-tulisan yang terkait dengan itu. Ia memang seorang yang gemar membaca.

Sementara itu, akhlak mulia Habib Abdurrahman kepada orangtuanya menjadi faktor utama yang di kemudian hari menempatkannya di maqam yang tinggi. Bila menjumpai ayahnya, ia selalu bertutur kata dengan halus. Sewaktu berpisah pun ia berjalan mundur, karena tidak ingin membelakangi ayahnya. Bila ia dibelikan baju baru oleh ayahnya, ia terima sepenuh hati hadiah itu dengan wajah berseri-seri. Tapi baju baru itu tidak segera dikenakannya. Tidak berapa lama, ia berikan baju itu kepada orang lain.

Beberapa kali kejadian itu terjadi, hingga suatu saat Habib Ali bertanya kepadanya: "Wahai Abdurrahman, mana baju yang baru kuberikan kepadamu kemarin?"

Habib Abdurrahman menjawab: "Abah, alangkah lebih senangnya lagi hatiku bila baju yang kukenakan adalah baju yang bekas abah pakai."

Selain mencerminkan rasa ta'dzimnya yang begitu besar kepada sang ayah, kisah di atas juga menunjukkan hatinya yang pemurah kepada sesama.

d.    Habib Abdurrahman Wali Allah

Sekali waktu, pernah Habib Muhammad, adiknya, terlambat pulang ke rumah, sedang hari sudah larut malam. Dari kejauhan Habib Muhammad melihat kakaknya sedang berdiri di depan rumah. Karena pulang agak larut, ia sungkan kepada sang kakak. Maka ia ambil jalan memutar ke pintu samping. Ternyata di pintu samping rumahnya itupun ada Habib Abdurrahman, yang tengah berdiri. Ia memutar lagi lewat pintu belakang.

Aneh, lagi-lagi di pintu belakang rumahnya itu ia lihat sang kakak. Habib Abdurrahman kemudian memanggilnya dengan lembut dan berkata: "Ya Muhammad, jangan takut kepadaku. Sekarang masuklah, ini waktunya sudah malam. Nanti ente sakit, masuk angin. Lain kali jangan pulang terlalu larut. Jangan sampai Abah yang membukakan pintu. Kasihan, Abah sudah sepuh."

Suatu saat, ketika dirinya tengah sakit, kebetulan sang ayah hendak mengunjungi Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas Bogor, gurunya sekaligus guru ayahnya pula. "Ya Abdurrahman, Abah mau ke Habib Abdullah, nanti sekalian Abah minta air untuk didoakan Habib Abdullah agar sakitmu lekas sembuh."

Sesampainya di Bogor, Habib Ali mengutarakan hajatnya terkait dengan kondisi putranya kepada Habib Abdullah. Sambil menunjuk secangkir kopi di hadapannya, Habib Abdullah mengatakan: "Ini kopi anakmu."

Rupanya Habib Abdurrahman baru saja beranjak pulang dari tempat Habib Abdullah. Aneh memang, padahal tadi Habib Ali meninggalkan Habib Abdurrahman yang tengah berbaring sakit. Habib Ali pun memahami bahwa putranya ini memiliki kedudukan khusus di sisi Allah. Banyak orang yang menyakininya sebagai salah satu seorang waliyullah. Entah kenapa, bila sedang datangnya hal-nya (keadaaan tertentu yang biasa dialami seorang wali), ia merokok dengan mengisap sebatang lisong.

Suatu hari di tahun 1941, Habib Abdurrahman mengundang sejumlah orang untuk membaca tahlil bersama pada suatu malam yang ia telah tentukan. Beberapa hari kemudian, ia juga mendatangi seorang penggali kubur di kompleks pekuburan Tanah Abang. Saat itu ia memesan sebuah kuburan dengan ukuran tertentu, seraya mengatakan kepada si penggali kubur bahwa kuburan itu dipesan untuk seorang putra Habib Ali Kwitang yang wafat, yang bernama Abdurrahman.

Pada hari acara tahlil yang telah ditentukan, pada hari itu pula Habib Abdurrahman wafat. Ternyata Habib Abdurrahman sendiri. Begitu pula saat si penggali kubur hendak berta'ziyah ke Habib Ali Kwitang, betapa kagetnya ia melihat jenazah. Ternyata orang yang memesan lahan kuburan itu adalah Habib Abdurrahman sendiri. Rupanya Habib Abdurrahman sudah beroleh kabar terlebih dulu dari Allah tentang akhir hidupnya.

e.    Tidak Masyhur di Dalam, Tapi Terkenal di Luar

Meski orang sekarang tidak banyak yang mengenalnya, namanya ternyata termasyhur bagi sejumlah pihak. Ketika seorang mursyid Tarekat Naqsyabandiyah dari Cyprus, Syaikh Nadzim al-Haqqani (wafat 8 Mei 2014) pertama datang ke Indonesia, diantara yang ditanyakan adalah makam Habib Abdurrahman bin Ali al-Habsyi. Syaikh Nadzim mengatakan, ia mengetahui sosok Habib Abdurrahman sebagai seorang sufi besar yang menjadi mursyid dalam tarekat Naqsyabandiyah. Orang banyak pun takjub mendengar informasi dari syaikh tersebut.

Habib Abdurrahman dimakamkan di pekuburan Tanah Abang. Sayang kini, makamnya sudah tidak ada lagi, terkena bongkaran di zaman Gubernur Ali Sadikin. Saat makamnya dibongkar, sebagaimana halnya pada makam Habib Utsman Mufti Betawi, jasadnya tidak ditemukan sama sekali. Namun, secara simbolis tanah bekas kuburannya pun dipindahkan ke Jeruk Purut. Keanehan lagi-lagi terjadi, beberapa hari setelah dipindahkan, makamnya menghilang tanpa bekas.
___________________________

Sumber: Buku Maria van Engels Menantu Habib Kwitang karya Alwi Shahab dan Majalah Alkisah

Wednesday, February 10, 2016

Nasab - Al Alawiyin


Gelar Nasab Al Alawiyin

1 Al-Ustadz al-A'dzam ( 2

) ذﺎﺘﺳﻷا ﻢﻈﻋﻷا Asadullah fi Ardhihi ( 3

) ﷲدﺎﺳأ ﻲﻓ ﻪﺿرأ Al-A'yun ( 4

) ﻦﻴﻋﻷا Al-Bar ( 5

) رﺎﺒﻟا Al-Battah ( 6

) هﺎﺘﺒﻟا Al-Bahar ( 7

) ﺮﺤﺒﻟا Al-Ibrahim ( 8

) ﻢﻴﻫاﺮﺑﻹا Al-Barakat ( 9

) تﺎﻛﺮﺒﻟا Al-Barum ( 10

) مورﺎﺒﻟا Al-Bashri ( 11

) ىﺮﺼﺒﻟا Al-Babathinah ( 12

) ﺔﻨﻃﺎﺒﺒﻟا Al-Bayti ( 13

) ﻰﺘﻴﺒﻟا Al-Biedh ( 14

) ﺾﻴﺒﻟا Al-Babarik ( 15

) كرﺎﺒﺒﻟا At-Turobi ( 16

) ﻰﺑاﺮﺘﻟا Al-Bajahdab ( 17

) باﺪﻬﺟﺎﺒﻟا Jadid ( 18

) ﺪﻳﺪﺟ Al-Djufri ( 19

) ىﺮﻔﺠﻟا Djamalullail ( 20

) لﺎﻤﺟ ﻞﻴﻠﻟا Bin Jindan ( 21

) ﻦﺑ ناﺪﻨﺟ Al-Jannah ( 22

) ﺔﻨﺠﻟا Al-Djunaid ( 23

) ﺪﻴﻨﺠﻟا Al-Djunaid al-Akhdor ( 24

) ﺪﻴﻨﺠﻟا رﺎﻀﺣﻷا Al-Jailani ( 25

) ﻰﻧﻼﻴﺠﻟا Al-Hamid

26 Al-Habsyi ( 27

) ﻰﺸﺒﺤﻟا Al-Haddad ( 28

) داﺪﺤﻟا Al-Bahasan/Banahsan ( 29

) ﻦﺴﺣﺎﺒﻟا / ﻦﺴﺤﻧﺎﺑ Bahusein ( 30

) ﻦﻴﺴﺣﺎﺑ Al-Hiyyed ( 31

) ﺪﻴﺤﻟا Al-Khirrid ( 32

) ﺪﻳﺮﺨﻟا Al-Khaneman ( 33

) ﺎﻤﻨﻴﺨﻟا Aal-Khamur ( 34

) رﻮﻤﺨﻟا Maula Khailah ( 35

) ﻰﻟﻮﻣ ﺔﻠﻴﺧ Al-Khuun ( 36

) نﻮﺨﻟا Mauladdawilah ( 37

) ﻰﻟﻮﻣ ﺔﻠﻳوﺪﻟا Adz-Dzi'bu ( 38

) ﺐﺋﺬﻟا Baraqbah ( 39

) ﺔﺒﻗرﺎﺑ Ar-Rukhailah ( 40

) ﺔﻠﻴﺧﺮﻟا Az-Zahir ( 41

) ﺮﻫاﺰﻟا Basakutah ( 42

) ﺔﺗﻮﻜﺳﺎﺑ As-Saqqaf / Assegaf ( 43

) فﺎﻘﺴﻟا As-Sakran ( 44

) ناﺮﻜﺴﻟا Bin Sumaith ( 45

) ﻦﺑ ﻂﻴﻤﺳ Bin Sumaithan ( 46

) ﻦﺑ ﺎﻄﻴﻤﺳ As-Sirry ( 47

) ىﺮﺴﻟا Bin Sahal ( 48

) ﻦﺑ ﻞﻬﺳ Asy-Syathiri ( 49

) ىﺮﻃﺎﺸﻟا Syabsyabah ( 50

) ﺔﺒﺸﺒﺷ Asy-Syilli ( 51

) ﻞﺸﻟا Basyumailah ( 52

) ﺔﻠﻴﻤﺷﺎﺑ Syahabuddin ( 53

) بﺎﻬﺷ ﻦﻳﺪﻟا Basyaiban ( 54

) نﺎﺒﻴﺷﺎﺑ Bin Syaikh Abu Bakar bin Salim ( 55

) ﻦﺑا ﺦﻴﺸﻟا ﻰﺑأ ﺮﻜﺑ ﻦﺑ ﻢﻟﺎﺳ Asy-Syaikhon dan Aal Bin Syaikhon ( 56

) نﺎﺨﻴﺸﻟا ﻦﺑ نﺎﺨﻴﺷ Shahib Al-Hamra' ( 57

) ﺐﺣﺎﺻ ءاﺮﻤﺤﻟا Shahib Al-Hauthoh ( 58

) ﺐﺣﺎﺻ ﺔﻃﻮﺤﻟا Shahib Asy-Syi'ib ( 59

) ﺐﺣﺎﺻ ﺐﻌﺸﻟا Shahib Qasam ( 60

) ﺐﺣﺎﺻ ﻢﺴﻗ Shahib Marbath ( 61

) ﺐﺣﺎﺻ ﻂﺑﺮﻣ Shahib Maryamah ( 62

) ﺐﺣﺎﺻ ﺔﻤﻳﺮﻣ Basurroh ( 63

) ةﺮﺳﺎﺑ Ash-Shulaibiyah ( 64

) ﺔﻴﺒﻴﻠﺼﻟا Ash-Shafi al-Jufri ( 65

) ﻰﻓﺎﺼﻟا ىﺮﻔﺠﻟا Ash-Shafi As-Saqqaf ( 66

) ﻰﻓﺎﺼﻟا فﺎﻘﺴﻟا Aal-Thaha ( 67

) لا ﻪﻃ Ath-Thahir ( 68

) ﺮﻫﺎﻄﻟا Al-Adani ( 69

) ﻰﻧﺪﻌﻟا Azhamat Khan ( 70

) تﺎﻤﻈﻋ نﺎﺧ Al-'Aqil ( 71

) ﻞﻴﻘﻌﻟا Ba'aqil ( 72

) ﻞﻴﻘﻋﺎﺑ Ba'alawi ( 73

) ىﻮﻠﻋﺎﺑ Aal-Ali Lala ( 74

) ﻲﻠﻋ ﻼﻟ Al-Atthas ( 75

) سﺎﻄﻌﻟا Al-Aydrus ( 76

) سورﺪﻴﻌﻟا Al-Aidid ( 77

) ﺪﻳﺪﻴﻌﻟا Ba'umar ( 78

) ﺮﻤﻋﺎﺑ Al-Auhaj ( 79

) ﺞﻫوﻷا Al-Ba'bud ( 80

) لآ دﻮﺒﻋﺎﺑ Al-Ghazali ( 81

) ﻰﻟاﺰﻐﻟا Al-Ghusnu ( 82

) ﻦﺴﻐﻟا Al-Ghamri ( 83

) ىﺮﻤﻐﻟا Balghaits ( 84

) ﺚﻴﻐﻟﺎﺑ Al-Ghaidhi ( 85

) ﻰﻀﻴﻐﻟا Aal-Fad'aq ( 86

) لا ﻖﻋﺪﻓ Bafaqih ( 87

) ﻪﻴﻘﻓﺎﺑ Bilfaqih ( 88

) ﻪﻴﻘﻔﻟﺎﺑ Al-Faqih Al-Muqaddam ( 89

) ﻪﻴﻘﻔﻟا مﺪﻘﻤﻟا Bafaraj ( 90

) جﺮﻓﺎﺑ Abu Futhaim ( 91

) ﻮﺑا ﻢﻴﻄﻓ Al-Fardy ( 92

) يدﺮﻔﻟا Al-Qadri

93 Al-Quthban ( 94

) نﺎﺒﻄﻘﻟا Al-Qori' ( 95 ·

) ئرﺎﻘﻟا Al-Kaf ( 96

) فﺎﻜﻟا Al-Muhdhar ( 97

) رﺎﻀﺤﻤﻟا Aal Al-Muhdhar ( 98

) لآ رﺎﻀﺤﻤﻟا Al-Mahjub ( 99

) بﻮﺠﺤﻤﻟا Al-Maknun ( 100

) نﻮﻨﻜﻤﻟا Al-Masyhur ( 101

) رﻮﻬﺸﻤﻟا Al-Marzaq ( 102

) قازﺮﻤﻟا Al-Maqaddy ( 103

) ىﺪﻘﻤﻟا Al-Muqaibil ( 104

) ﻞﺒﻴﻘﻤﻟا Al-Musyayyakh ( 105

) خﺎﻴﺸﻤﻟا Al-Musawa ( 106

) ىوﺎﺴﻤﻟا Al-Munawwar ( 107

) رﻮﻨﻤﻟا Al-Mudaihij ( 108

) ﺞﺤﻳﺪﻤﻟا Al-Muthahhar ( 109

) رﺎﻬﻄﻤﻟا An-Nahwi ( 110

) ىﻮﺤﻨﻟا An-Nadhir ( 111

) ﺮﻴﻈﻨﻟا Aal-Abu Numay ( 112

) لا ﻮﺑأ ﻰﻤﻧ Al-Haddar ( 113

) راﺪﻬﻟا Al-Hadi ( 114

) ىدﺎﻬﻟا Al-Hinduan ( 115

) ناوﺪﻨﻬﻟا Baharun ( 116

) نوﺮﻫﺎﺑ Bahasyim ( 117

) ﻢﺷﺎﻫﺎﺑ Bin Yahya ( ﻦﺑ ﻰﻴﺤﻳ )

Al-Ustadz al-A'dzam ( ذﺎﺘﺳﻷا ﻢﻈﻋﻷا )

Beliau adalah al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath. Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali dijuluki dengan gelar al-ustadz al-a'dzam karena beliau adalah seorang guru besar dan seorang sufi yang menjalankan thariqah kefakiran (hanya berhajat kepada Allah swt) dan bertasawuf dengan tasawuf yang bersih dan terpelihara dari hal-hal yang haram, berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah yang disyiarkan dengan ruh Islam dan tauhid. Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali dikaruniai 5 orang anak lelaki yaitu Alwi al-Ghuyur, Ali, Ahmad, Abdullah dan Abdurahman. Dan yang meneruskan keturunanya hanya 3 orang yaitu: Alwi al-Ghuyur, Ali dan Ahmad. Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali wafat di Tarim tahun 653 H.

Asadullah fi Ardhihi ( ﷲدﺎﺳأ ﻲﻓ ﻪﺿرأ )

Beliau adalah waliyullah Muhammad bin Hasan at-Turobi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Dinamakan Asadullah fi Ardhihi dikarenakan Syaikh Muhammad Asadullah sangat tekun membaca al-Qur'an dan memahami maknanya. Beliau selalu bangun untuk beribadat kepada Allah pada waktu akhir sepertiga malam, sehingga beliau merasakan dirinya fana'. Beliau bersemangat untuk membaca al-Qur'an dan memahami maknanya serta merasakan kenikmatan pada dirinya jika sedang membaca al-Qur'an, sehingga beliau merasa sebagai seekor Singa dan berkata dalam keheningan malam dengan perkataan "Ana Asadullah fi Ardhihi " Dalam kitab al-Masyra' diceritakan bahwa beliau dikarunia 6 orang anak lelaki, dan 3 orang yang meneruskan keturunan beliau, yaitu: Abu Bakar Basyaiban (wafat tahun 800 Hijriyyah), Hasan, menurunkan keluarga: Jamalullail, Bin Sahal, Baharun, al-Junaid, al-Qadri dan as-Siri), wafat tahun 757 Hijriyyah, Ahmad, menurunkan keluarga: asy-Syatri, al-Habsyi dan Syanbal. Waliyullah Muhammad bin Hasan at-Turobi wafat tahun 778 H.

Al-A'yun ( ﻦﻴﻋﻷا )

Yang dijuluki al-A'yun di antaranya ialah waliyullah Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah (datuk keluarga al-Muqaibil).

Gelar al-A'yun diberikan karena beliau mempunyai warna hitam yang lebar pada biji matanya sehingga terlihat indah.

Al-Bar ( رﺎﺒﻟا )

Yang pertama kali digelari al-Bar adalah waliyullah Ali bin Ali bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Beliau digelari dengan al-Baar karena sangat taat (berbakti) kepada ibunya dengan sebenar-benarnya taat yang hal tersebut sedikit sekali dilakukan oleh anak terhadap ibunya. Beliau dinamakan dengan nama ayahnya (Ali bin Ali), karena ketika ayahnya wafat, ia masih dalam kandungan ibunya, beliau hanya taat kepada ibunya karena ayahnya telah wafat. Waliyullah Ali bin Ali al-Bar dikarunia tiga orang anak lelaki bernama: Abubakar, Abdullah dan Husin. Waliyullah Ali bin Ali al-Bar dilahirkan dan wafat di kota Dau'an, Hadramaut.

Al-Battah ( هﺎﺘﺒﻟا )

Mereka adalah anak cucu dari keluarga Syaikh Abu Bakar bin Salim dan datuk mereka ialah waliyullah Abu Bakar bin Ahmad bin Abdurahman bin Abi Bakar bin Ahmad bin Abi Bakar bin Abdullah bin Syaikhon bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.

Dinamakan 'Battah' karena beliau dilahirkan di Battah sebuah kota yang terletak di sebelah Barat Sahil, Afrika Timur.

Al-Bahar ( ﺮﺤﺒﻟا )

Mereka adalah keturunan dari keluarga al-Jufri. Datuk mereka adalah waliyullah Syaikhan bin Alwi bin Abdullah at-Tarisi bin Alwi al-Khawas bin Abu Bakar al-Jufri. Yang pertama kali digelari 'al-Bahar' adalah Waliyullah Saleh ayah dari Habib Hasan al-Bahar.

Gelar yang disandang menurut asy-Syaikh Abdullah bin Semir dalam kitabnya Giladat an-Nahri yang berisi manakib al-Habib Hasan bin Saleh al-Bahar, menyatakan bahwa yang pertama kali diberi gelar al-Bahar adalah ayahnya, Soleh. Gelar tersebut diberikan karena tampaknya keramat beliau ketika sering berlayar di laut. Di samping itu gelar tersebut diberikan karena ilmu beliau luas seperti luasnya laut.

Waliyullah Hasan bin Soleh al-Bahar dikarunia 5 orang anak lelaki yaitu: Muhammad, Abdullah, Ja'far, Abdul Qadir dan Soleh.

Al-Ibrahim ( ﻢﻴﻫاﺮﺑﻹا )

Yang pertama kali dijuluki al-Ibrahim ialah waliyullah Ibrahim bin Abdullah bin Abdullah bin Abdurahman as-Saqqaf.

Sebab dinamakan al-Ibrahim karena nama tersebut dinisbatkan kepada nama kakeknya. Ibrahim merupakan nama Ibrani seperti Ismail, Ishaq, Yusuf dan Ya'qub yang kemudian nama tersebut dimasukkan ke dalam bahasa Arab.

Al-Barakat ( تﺎﻛﺮﺒﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Syekh bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Disamping itu ada juga keturunan Barakat lain dari Waliyullah Barakat bin Ahmad asy-Syatiri.

Pemberian gelar ini, dikarenakan datuk mereka mengharapkan berkah dan kebaikan dari Allah , maka banyak anak cucu beliau yang menjadi auliya'. Waliyullah Syech bin Ali Barakat wafat di Tarim tahun 813H.

Al-Barum ( مورﺎﺒﻟا )

Barum adalah gelar yang dinisbahkan kepada keturunan waliyullah Hasan bin Muhammad bin Alwi bin Abdullah bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Dinamakan dengan 'Barum' karena beliau diberi isyarat untuk pergi ke dusun Barum dan menetap serta menjadi sesepuh di sana disebabkan keberkahan ilmu dan kemuliaan beliau. Dusun Barum berjarak kira-kira 20 km dari kota Mukalla Hadramaut. Waliyullah Hasan Barum dikarunia empat orang anak laki bernama: Abdurahman, Umar, Ali dan Ahmad. Waliyullah Hasan Barum wafat di kota Tarim tahun 927 H.

Al-Bashri ( ىﺮﺼﺒﻟا )

Beliau adalah waliyullah Ismail (Basri) bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir. Bashri adalah anak kedua dari Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Anak pertama bernama Alwi, beliau kakek dari keluarga Ba'alawi, dan anak yang ketiga bernama Jadid.

Dinamakan Bashri diambil dari nama kota yaitu Bashrah, yang kemudian beliau hijrah bersama keluarga dan kakeknya al-Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir ke negeri Hadramaut. Gelar ini menjadi gelar beberapa keluarga Alawiyin yang datuknya bernama Bashri dan disebut mereka itu dengan al-Bin Bashri. Keturunan Bashri terputus pada awal abad ke-6 H.

Al-Babathinah ( ﺔﻨﻃﺎﺒﺒﻟا )

Yang pertama kali bergelar 'Babathinah' ialah waliyullah Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Amu al-Faqih. Beliau adalah pendiri masjid Babathinah di Tarim dan mempunyai sebuah perkebunan yang subur dan dinamakan Babathinah.

Waliyullah Abdurahman bin Ahmad Babathinah dikarunia 4 orang anak, yaitu: Ahmad Chadijah, Umar Ahmar al-Uyun, Ali ash-Shonhazi dan Muhammad Maghfun.

Al-Bayti ( ﻰﺘﻴﺒﻟا )

Gelar al-Bayti dinisbatkan ke Baiti Maslamah sebuah desa yang berjarak 10 km. dari kota Tarim. Gelar tersebut disandang oleh: Waliyullah Ali bin Alwi bin Ali bin Abu Bakar al-Fachir. Beliau dilahirkan di Bait al-Maslamah. Dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Muhammad, yang menurunkan keturunannya. Waliyullah Ali al-Bayti wafat di Bait al-Maslamah pada tahun 915 H.

Waliyullah Abu Bakar bin Ibrahim bin al-Imam Abdurrahman Assegaf dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 3 orang anak lelaki bernama: Ibrahim, Ahmad dan Ismail. Waliyullah Abu Bakar al-Bayti wafat tahun 905 H di kota Tarim.

Al-Biedh ( ﺾﻴﺒﻟا )

Keluarga al-Biedh dinisbatkan kepada datuk mereka waliyullah Ahmad bin Abdurahman bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Beliau dijuluki gelar ini karena beliau seorang yang menekuni puasa hari-hari putih, yaitu puasa pada hari ketiga belas, keempat belas dan kelima belas pada setiap bulan Qamariyah. Puasa tersebut beliau lakukan sebagai ittiba' terhadap Rasulullah saw.

Waliyullah Ahmad bin Abdurhamnan al-Biedh dikarunia dua orang anak laki, bernama: Abdurahman dan Makhrus. Waliyullah Ahmad bin Abdurahman al-Biedh wafat di Syihir pada tahun 945 hijriyah.

Al-Babarik ( كرﺎﺒﺒﻟا )

Beliau adalah waliyullah Ahmad Babarik bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Waliyullah Umar Babarik dilahirkan di kota Tarim. Dikarunia 3 orang anak lelaki yaitu: Hasan, Ali dan Umar. Sedangkan yang melanjutkan keturunan beliau adalah Umar di Surat, India. Waliyullah Ahmad Babarik wafat di kota Tarim.

At-Turobi ( ﻰﺑاﺮﺘﻟا )

Beliau adalah waliyullah Hasan bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Diberi gelar at-Turobi , dikarenakan beliau seorang yang sangat tawadhu' dan mengumpamakan dirinya dengan tanah. Waliyullah Hasan at-Turobi bin Ali mempunyai seorang anak bernama Muhammad Asadullah.

Al-Bajahdab ( باﺪﻬﺟﺎﺒﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Ali Jahdab bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdullah Ba'alawi bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Digelari dengan 'Bajahdab', karena beliau tinggal di desa Jahadabah , Yaman. Waliyullah Ali Jahdab bin Abdurahman dikaruniai 2 orang anak laki: Abud dan Muhammad al-Mualim. Muhammad al-Mualim mempunyai anak bernama Alwi. Salah satu keturunannya ada yang menjadi pemimpin keluarga Alawiyin (Naqib al-Alawi) yaitu Waliyullah Ahmad bin Alwi Bajahdab. Beliau wafat di Tarim tahun 973 H.

Jadid ( ﺪﻳﺪﺟ )

Yang pertama kali diberi gelar "Jadid" ialah waliyullah Jadid bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir. Beliau adalah anak ketiga dari Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir. Dinamakan " Jadid " karena keluarganya yang dipimpin oleh al-Muhajir Ahmad bin Isa hijrah dari Basrah ke tempat yang baru bernama Hadramaut. Keturunan Jadid terputus pada awal abad keenam Hijriyah.

Al-Djufri ( ىﺮﻔﺠﻟا )

Yang pertama kali dijuluki "al-Djufri " ialah waliyullah Abu Bakar bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar yang disandang karena beliau dipanggil oleh datuk dari ibunya Waliyullah Abdurahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah dengan sebutan Djufratiy yang berarti anak kecil kesayangan yang berbadan gemuk dan kekar. Dan setelah dewasa ia menjadi seorang ahli dalam ilmu 'Jafar', suatu rumus-rumus yang menggunakan huruf dan angka yang ditulis di atas kulit Jafar (anak kambing). Pada suatu hari beliau kehilangan kitabnya yang berisi ilmu Jafar, beliau mencarinya sambil berkata Jafri (maksudnya kitab ilmu Jafarku). Maka mulai sejak itu beliau disebut al-Jufri.

Waliyullah Abu Bakar bin Muhammad al-Djufri dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai lima orang anak lelaki yaitu: Muhammad, Abdullah, Ahmad, Alwi al-Khawas dan Umar.

Dari kelima anak yang terputus keturunannya adalah Muhammad dan Abdullah, sedangkan dari ketiga anaknya yang lain menurunkan keturunan al-Djufri seperti: al-Kaf, ash-Shafi dan al-Bahar. Waliyullah Abu Bakar bin Muhammad al-Djufri wafat di kota Tarim pada tahun 860 H.

Djamalullail ( لﺎﻤﺟ ﻞﻴﻠﻟا )

Djamalullail adalah gelar untuk waliyullah al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam (keturunan terputus) dan al-Imam Muhammad bin Hasan al-Mua'alim bin Muhammad Asadilah bin Hasan at-Turabi.

Gelar yang disandang karena mereka selalu mengisi malam-malam harinya dengan ibadah, baik shalat tahajud dan shalat-shalat sunnah lainnya serta membaca al-Qur'an, shalawat , doa serta dzikir lainnya yang dilakukan selama hidupnya. Karena itu beliau digelari dengan Djamalullail.

Waliyullah Muhammad Djamalullail dilahirkan di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak lelaki: Abdullah bin Muhammad Djamalullail. Dari kedua cucunya Abdullah bin Ahmad dan Muhammad bin Ahmad menurunkan al-Djamalullail yang berada di Hadramaut, Makkah dan India serta sebagian di Aceh dan pulau Jawa. Ali bin Muhammad Djamalullail, menurunkan keturunan leluhur al-Qadri, al-Asiry, al-Baharun dan al-Junaid. Waliyullah Muhammad Djamalullail wafat di kota Tarim pada tahun 845 H.

Bin Jindan ( ﻦﺑ ناﺪﻨﺟ )

Mereka adalah dari keluarga asy-Syaikh Abu Bakar bin Salim, yang dinisbatkan kepada keturunan waliyullah Ali bin Muhammad bin Husein bin Syaikh Abi Bakar bin Salim.

Jindan adalah gelar untuk kakek mereka, dan mereka masing-masing menamakan dengan Bin Jindan yaitu anak cucu dari Syaikh Abi Bakar bin Salim. Waliyullah Ali bin Muhammad bin Husien bin Syaikh Abi Bakar wafat di Inat sekitar tahun 1200 H.

Al-Jannah ( ﺔﻨﺠﻟا )

Yang pertama kali dijuluki 'al-Jannah' ialah waliyullah Muhammad bin Hasan bin Abdullah bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail.

Gelar yang disandang, dikarenakan beliau seorang terkenal dengan ilmu, kemuliaan, dan ibadahnya. Menurut shohib al-Masyra' dinamakan al-Jannah karena beliau banyak berdoa dan sangat merindukan surga. Dan Allah mengabulkan doa dan kerinduannya tersebut.

Al-Djunaid ( ﺪﻴﻨﺠﻟا )

Al-Junaid ialah gelar yang dinisbatkan kepada keturunan waliyullah Abu Bakar bin Umar bin Abdullah bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamallullail bin Hasan al-mu'alim Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi. Dinamakan Djunaid dengan maksud tabarukkan agar kelak menjadi waliyullah seperti waliyullah yang bernama Djunaid bin Muhammad seorang Sayid ath-Thaifah ash-Shufiyah yang terkenal.

Waliyullah Abu Bakar al-Junaid dilahirkan di kota Tarim tahun 1053 H. Dikaruniai 5 orang anak dan hanya 1 anak yang meneruskan keturunannya yaitu Ali bin Abu Bakar al-Junaid. Keturunannya ada di kota Tarim dan Singapore. Waliyullah Abu Bakar al-Junaid wafat di kota Tarim.

Al-Djunaid al-Akhdor ( ﺪﻴﻨﺠﻟا رﺎﻀﺣﻷا )

Mereka adalah keturunan waliyullah al-Djunaid al-Achdor bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Qasam bin Alwi asy-Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar yang disandang karena kakek beliau memberi nama Djunaid dengan maksud tabarukkan agar kelak menjadi waliyullah seperti waliyullah yang bernama Djunaid bin Muhammad seorang Sufiyah yang terkenal.

Waliyullah Djunaid Achdor dilahirkan di Qasam , dikarunia 5 orang anak lelaki, 3 di antaranya meneruskan keturunannya yaitu: Syaich, Ahmad dan Muthahhar. Waliyullah Djunaid Achdor wafat di gasam pada tahun 1032 H.

Al-Jailani ( ﻰﻧﻼﻴﺠﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad bin Ahmad bin Alwi a ﻎﺳ -Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah Ba'alawi. Diberi gelar 'Jailani' , sebagai tabarukkan kepada Syaikh Abdul Qadir Jailani. Jailani adalah suatu tempat yang berada di negeri Parsi.

Waliyullah Muhammad bin Ahmad mempunyai anak bernama Syech, Hadar, Ahmad dan Abdurahman (kakek dari keluarga al-Junaid al-Akhdor).

Al-Hamid

Mereka keturunan dari waliyullah al-Hamid bin asy-Syaikh Abi Bakar bin Salim. Gelar al-Hamid disandang karena ayahnya menginginkan anaknya menjadi orang yang bersyukur kepada Allah swt. dengan selalu memuji-Nya.

Waliyullah Hamid al-Hamid dilahirkan di kota Inat, beliau dikaruniai 8 orang anak lelaki dan yang meneruskan keturunan hanya 5 orang, yaitu: Muthahhar, keturunannya adalah al-Aqil Muthahhar, Umar, keturunannya adalah as-Salim bin Umar (sebagian besar di Indonesia), Abdullah, Abu Bakar dan Alwi. Waliyullah al-Hamid bin Syaich Abu Bakar wafat di Inat tahun 1030 H.

Al-Habsyi ( ﻰﺸﺒﺤﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Abu Bakar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Gelar yang disandang dikarenakan beliau sering bepergian ke kota Habasyah di Afrika dan beliau pernah tinggal di sana selama 20 tahun untuk dakwah Islam. Waliyullah Abi Bakar bin Ali al-Habsyi lahir di kota Tarim, dikarunia seorang anak laki yang bernama Alwi. Alwi mempunyai 5 orang anak lelaki, 2 di antaranya menurunkan keturunannya, yaitu:

1. Ali , keturunannya berada di kota Madinah.

2. Muhammad al-Ashgor, mempunyai 4 orang anak: Umar (keturunannya terputus di Tarim), Ali (keturunannya sedikit di Makkah), Abdurrahman, keturunannya berada di Palembang, Jambi , Siak dan Aceh, Ahmad Shahib Syi'ib, mempunyai 9 orang anak:

1. Al-Hasan, keturunannya disebut al-Habsyi ar-Rausyan.

2. Hadi, mempunyai dua orang anak bernama: Idrus, meneruskan keturunan al-Habsyi as-Syabsyabah (di antara keturunannya adalah waliyullah al-Habib Nuh bin Muhammad bin Ahmad al-Habsyi di Singapura) dan Abdurahman, adalah datuk waliyullah al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang (silsilah beliau lihat di Biografi Habib Ali bin Abdurahman al-Habsyi).

3. Alwi, keturunannya disebut al-Ahmad bin Zain adalah datuk waliyullah al-Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi (Ampel Qubbah Surabaya)

4. Husein, mempunyai dua orang anak yaitu: Shodiq (keturunannya di Hadramaut, Surabaya dan Malaka), Muhammad (salah satu keturunannya adalah waliyullah al-Habib Alwi bin Ali bin Muhammad al-Habsyi, Masjid Ar-Riyadh, Solo), Idrus (keturunannya di Yafi' dan India), Hasyim, Syaich (keturunannya di Lihij dan Dasinah), Muhammad dan Umar. Waliyullah Abu Bakar bin Ali bin Ahmad wafat di kota Tarim tahun 857 H.

Al-Haddad ( داﺪﺤﻟا )

Yang pertama kali dijuluki al-Haddad ialah waliyullah Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih.

Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar adalah seorang waliyullah yang menyembunyikan kewaliannya. Beliau digelari dengan al-Haddad karena sering bergaul dengan seorang pandai besi dan sering berada di tempat penempaan besi. Selain beliau ada pula seseorang yang bernama Ahmad dari golongan Alawiyin yang terkenal dan mempunyai banyak pengikut dan menyebut al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan al-Haddad (pandai besi). Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar menjawab sebutan tersebut dengan memperlihatkan karomahnya, sehingga orang-orang mengetahui bahwa beliau adalah seorang waliyullah yang mempunyai derajat tinggi dan hati mereka tertempa dengan kejadian tersebut. Maka mereka menyebut al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan al-Haddad (penempa kalbu).

Waliyullah Ahmad al-Haddad dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Alwi. Keturunan yang ke-31 dari Rasulullah saw. ialah waliyullah al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad (Sohib Ratib al-Haddad). Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad bersaudara dengan al-Habib Umar bin Alwi al-Haddad. Keduanya tidak pernah datang ke Indonesia. Keturunan al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad banyak berada di Jawa Timur, sedangkan keturunan al-Habib Umar bin Alwi al-Haddad sebagian besar berada di Pasar Minggu (termasuk al-Habib Alwi bin Thahir al-Haddad).

Waliyullah Ahmad bin Abi Bakar wafat di kota Tarim tahun 870 H.

Al-Bahasan/Banahsan ( ﻦﺴﺣﺎﺒﻟا / ﻦﺴﺤﻧﺎﺑ )

Gelar Bahasan disandang oleh:

1) Keluarga Bahasan (Banahsan) as-Sakran , yaitu: Hasan bin Ali bin Abi Bakar as-Sakran (Kerajaan Siak yang dikenal dengan keluarga Bin Shahab) 2) Keluarga Bahasan Faqis, yaitu: Hasan bin Abdullah bin Abdurahman as-Saqqaf. 3) Keluarga Bahasan ath-Thowil, yaitu: Hasan bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi ('Ammu al-Faqih) 4) Keluarga Bahasan Jamalullail, yaitu: Muhammad bin Abdullah bin Muhammad.

Bahusein ( ﻦﻴﺴﺣﺎﺑ )

Mereka adalah keturunan waliyullah Ahmad bin Husein bin al-Imam Abdurahman Assegaf dan Ali bin Husein bin Ali bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah.

Waliyullah Husein bin al-Imam Abdurahman as-Saqqaf dilahirkan di Tarim, dikaruniai 6 orang anak lelaki, dan yang meneruskan keturunannya tiga orang: Abdurahman, menurunkan keturunan leluhur al-Bahsein dan al-Musawa, Ahmad, yang menurunkan keturunan leluhur Ahmad bin Husein al-Karbiy dan Ali Makki, menurunkan keturunan leluhur Muhammad az-Zaitun, al-Bahusein. Waliyullah Husein al-Bahsein wafat di Tarim tahun 896 H.

Al-Hiyyed ( ﺪﻴﺤﻟا )

Mereka adalah keturunan dari waliyullah Abu Bakar bin Hasan bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.

Mereka diberi gelar al-Hiyyed karena datuk mereka bertempat tinggal di suatu tempat yang bernama Hiyyed di lereng gunung di Inat.

Waliyullah Abdullah bin Abu Bakar lahir di Inat, dikaruniai seorang anak lelaki bernama Abu Bakar yang menurunkan keturunan al-Hiyyed di Indonesia. Beliau wafat di kota Inat tahun 1169 H.

Al-Khirrid ( ﺪﻳﺮﺨﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Alwi bin Muhammad Hamidan bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Dinamakan al-Khirrid karena beliau sering beribadah di Gua Khirrid di pegunungan Aqrun di Tarim. Ibadah yang dilakukannya antara lain bertafakur dengan akal dan hati serta ibadah jasad seperti yang dilakukan Rasul di gua Hira. Waliyullah Alwi al-Khirrid wafat di Tarim tahun 808 H.

Al-Khaneman ( ﺎﻤﻨﻴﺨﻟا )

Mereka adalah keturunan yang dinisbahkan kepada waliyullah Ahmad bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Wara' bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar al-Khaneman berasal dari kata Khanam, sebagian penduduk Hadramaut menisbatkan kata tersebut kepada jenis buah kurma yaitu kurma chanam. Akan tetapi tidak diketahui apakah hal tersebut berhubungan dengan gelar di atas.

Waliyullah Ahmad bin Umar Khaneman dikarunia 2 orang anak laki bernama: Umar dan Abdullah. Waliyullah Ahmad bin Umar Khaneman wafat di kota Tarim tahun 893 H.

Aal-Khamur ( رﻮﻤﺨﻟا )

Al-Khamur ialah gelar yang dinisbatkan kepada keturunan waliyullah Saleh bin Hasan bin Husein bin Syaikh Abi Bakar bin Salim.

Gelar tersebut disandang karena datuk mereka bermukim di Khamur, suatu tempat yang terkenal di sebelah Barat Syibam.

Maula Khailah ( ﻰﻟﻮﻣ ﺔﻠﻴﺧ )

Yang pertama kali diberi gelar Maula ،hailah ialah waliyullah Abdurahman bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah.

Gelar tersebut disandang karena beliau bermukim di daerah pegunungan Khailah yang terkenal di sebelah Barat kota Tarim. Khailah berasal dari kata Khala yang berarti memelihara. Untuk selanjutnya kata tersebut diberikan kepada orang-orang yang memelihara ibadahnya.

Waliyullah Abdurahman Maula Khailah wafat di Tarim tahun 914 H.

Al-Khuun ( نﻮﺨﻟا )

Yang pertama kali dijuluki al-Khuun ialah waliyullah Alwi bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdullah Ba'alawi.

Beliau diberi gelar al-Khuun, dikarenakan beliau tinggal di desa al-Khuun yang terletak sebelah Timur Hadramaut. Keturunan waliyullah Alwi bin Abdurahman terputus pada abad ke-12 H.

Mauladdawilah ( ﻰﻟﻮﻣ ﺔﻠﻳوﺪﻟا )

Beliau adalah waliyullah Muhammad Maula al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Diberi gelar Mauladdawilah karena beliau bermukim di dusun Yabhar dekat makam nabi Hud as. di bagian Timur Hadramaut. Waliyullah Muhammad Mauladdawilah bersama para pengikutnya membangun rumah di dusun tersebut. Maka dusun Yabhar yang awalnya sepi menjadi ramai. Dusun itu disebut ad-Dawilah yang artinya dusun lama. Waliyullah Muhammad digelari Mauladdawilah artinya pemimpin dusun Dawilah. Puteranya yang bernama Abdurahman as-Saqqaf membangun pula sebuah kota di dekatnya yang dinamakan Yabhar. Desa yang pertama disebut Yabhar lama sedangkan desa yang kedua disebut Yabhar baru. Selanjutnya nama Mauladdawilah dikhususkan untuk anak Muhammad Mauladdawilah selain Syaikh Abdurahman as-Saqqaf yang mempunyai gelar khusus.

Waliyullah Ahmad Mauladdawilah dilahirkan di kota Yabhar. Dikaruniai 4 orang anak lelaki yaitu: Abdurahman as-Saqqaf, Ali, Abdullah dan Alwi. Waliyullah Muhammad Mauladdawilah wafat di Tarim tahun 765 H.

Adz-Dzi'bu ( ﺐﺋﺬﻟا )

Yang pertama kali dijuluki adz-Dzi'bu ialah waliyullah Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.

Gelar yang disandang dikarenakan beliau berkelahi dengan seekor srigala yang menyerang sekumpulan kambing mereka dan beliau berhasil menangkap Srigala itu. Karena itulah beliau disebut adz-Dzi'bu.

Baraqbah ( ﺔﺒﻗرﺎﺑ )

Mereka adalah keturunan waliyullah Umar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Mengenai gelar ini tidak didapat keterangan yang jelas, apakah beliau mempunyai pundak yang kuat, yang dalam bahasa Arab disebut Raqbah atau berhubungan dengan suatu tempat yang terdapat sumur dan pohon kurma dekat kota Tarim yang disebut 'Baraqbah'.

Waliyullah Umar Baraqbah dilahirkan di Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki bernama Abdurahman. Beliau wafat tahun 895 H.

Ar-Rukhailah ( ﺔﻠﻴﺧﺮﻟا )

Yang pertama kali dijuluki ar-Rukhailah ialah waliyullah Muhammad bin Umar bin Ali bin Umar bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar yang disandang karena beliau seorang yang tidak memiliki apa-apa, hanya mempunyai seekor anak kambing yang dalam bahasa Arabnya ar-Rakhilah. Kambing kesayangannya itu dipotong ketika ia menjamu makan tamunya. Tatkala beliau mengetahui bahwa hidangan itu habis tidak tersisa untuk keluarganya, beliau memohon kepada Allah swt. agar kambing itu dihidupkan kembali sebagai rizki untuknya. Allah mengabulkan doanya dengan dihidupkan kembali kambingnya.

Waliyullah Muhammad ar-Rakhilah dikarunia 5 orang anak lelaki yaitu: Hasan, Ali, Husin, Alwi , Salim. Yang meneruskan keturunannya bernama Salim yang biasa dikenal dengan ar-Rukhailah Ba'Umar melalui anaknya yang bernama Umar. Umar mempunyai 2 anak yaitu Muhammad Ba'Umar (keturunannya di Indonesia) dan Ali Ba'Umar (keturunannya di Zailah Afrika). Waliyullah Muhammad ar-Rukhailah wafat di kota Tarim.

Az-Zahir ( ﺮﻫاﺰﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah az-Zahir bin Husin bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Syahabuddin al-Ashghor bin Abdurahman bin Syahabuddin al-Akbar. Dan gelar az-Zahir dinisbatkan juga kepada keturunan waliyullah Abdullah bin Muhammad al-Masyhur bin Ahmad bin Muhammad bin Syahabuddin al-Ashghor. Kedua keluarga tersebut bertemu pada al-Habib Muhammad bin Ahmad Syahabuddin al-Ashghor. Gelar yang disandang karena cahaya wajah beliau yang indah berseri, indah dan jernih apalagi ketika beliau sedang berada di majlis memberikan pelajaran/nasehat. Waliyullah Muhammad bin Ahmad az-Zahir lahir di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak lelaki, satu di antaranya bernama Abdullah yang menurunkan keturunan az-Zahir yang berada di Indonesia. Waliyullah Muhammad bin Ahmad az-Zahir wafat di Tarim tahun 1203H.

Basakutah ( ﺔﺗﻮﻜﺳﺎﺑ )

Mereka adalah keturunan waliyullah Hasan bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Diberi gelar Hasan Sakutah atau dengan Basakutah, dikarenakan beliau seorang laki-laki yang banyak diam dan sedikit berbicara, dan jika berbicara hanya mengeluarkan kata-kata yang baik saja.

As-Saqqaf / Assegaf ( فﺎﻘﺴﻟا )

Yang pertama kali digelari as-Saqqaf ialah waliyullah al-Muqaddam ats-Tsani al-Imam Abdurahman bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar yang disandang karena beliau sebagai pengayom para wali pada zamannya agar terhindar dari perkara bid'ah. Para ulama ahli hakikat dan para wali yang bijaksana menamakan beliau 'as-Saqqaf', karena beliau menutup hal keadaannya dari penduduk di zamannya. Beliau sangat benci dengan kesohoran. Ketinggian derajat beliau dari para wali di zamannya bagaikan kedudukan atap bagi rumah. Beliau dilahirkan di kota Tarim, dikarunia 13 anak lelaki, dan 7 orang meneruskan keturunannya yaitu: Abu Bakar as-Sakran, Alwi, Ali, Aqil, Abdullah, Husein dan Ibrahim. Waliyullah Abdurahman as-Saqqaf wafat di Tarim tahun 819 H.

As-Sakran ( ناﺮﻜﺴﻟا )

Beliau adalah Abu Bakar bin Abdurahman al-saqqaf bin Muhammad Mauladdawilah. Digelari dengan as-Sakran, karena beliau mabuk dengan cintanya kepada Allah swt.

Waliyullah Abu Bakar as-Sakran dikarunia 5 orang anak lelaki, yaitu: Muhammad al-Akbar, Hasan, Abdullah, Ali, dan Ahmad. Dari ketiga anaknya yang bernama Abdullah, Ali dan Ahmad menurunkan keluarga al-Aydrus, Syahabuddin, al-Masyhur, al-Hadi, al-Wahath, al-Munawar. Waliyullah Abu bakar as-Sakran wafat di Tarim tahun 821 H.

Bin Sumaith ( ﻦﺑ ﻂﻴﻤﺳ )

Yang pertama kali digelari al-Bin Sumaith ialah waliyullah Muhammad bin Ali bin Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al- Faqih.

Gelar yang disandang karena di masa kecilnya ia dipakaikan oleh ibunya sebuah kalung dari benang yang biasa dipakai oleh anak kecil dan biasa disebut Sumaith. Ketika sedang berjalan kalung itu jatuh dan sang ibu enggan berbalik untuk mengambilnya. Ibu dan puteranya berjalan terus dan membiarkan kalung itu tertinggal, sedangkan orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut mengira sang ibu tidak mengetahui kalau kalung anaknya jatuh dan berusaha memberitahu dengan berteriak Sumaith. Maka semenjak itu anak tersebut dijuluki Semith.

Waliyullah Muhammad bin Semith lahir di kota Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki bernama Abdullah yang menurunkan keturunannya di Tarim, Syibam, Taribah, Goroh (Hadramaut), Zanzibar dan Indonesia (Kalimantan, Manado, Sumba, Denpasar, Madura, Jakarta, Surabaya, Semarang, Pekalongan). Waliyullah Muhammad bin Semith wafat di Tarim tahun 950 H.

Bin Sumaithan ( ﻦﺑ ﺎﻄﻴﻤﺳ )

Yang pertama kali dijuluki al-Bin Semithan ialah waliyullah Ahmad bin Muhammad bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah.

Gelar yang disandang, dikarenakan beliau seorang lelaki yang giat, mempunyai tumbuh kecil dan bertempat tinggal di suatu Badiyah Hadromiyah yang penduduknya merupakan orang yang giat bekerja.

As-Sirry ( ىﺮﺴﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Ali bin Umar bin Abdullah bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail bin Hasan al-Mualim bin Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Beliau diberi gelar dengan as-Sirry sebagi tabarruk kepada seorang waliyullah yang termasyhur yaitu asy-Syaikh as-Sirri as-Saqthi.

Waliyullah Ali as-Sirri lahir di kota Tarim, dikarunia 3 orang anak lelaki: Ahmad, Aqil dan Umar. Waliyullah Ali as-Sirri wafat di kota Tarim tahun 1053 H.

Bin Sahal ( ﻦﺑ ﻞﻬﺳ )

Mereka bernasab kepada waliyullah Sahal bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad Jamalullail bin Hasan bin Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi.

Beliau dinamakan Sahal karena bertabarruk kepada as-Sayid Sahal at-Tastari. Waliyullah Sahal bin Ahmad lahir di kota Tarim dan wafat pada tahun 973 H, dikaruniai 3 anak lelaki, 2 di antaranya meneruskan keturunan belia yaitu Alwi dan Ahmad.

Asy-Syathiri ( ىﺮﻃﺎﺸﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Alwi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadilah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar yang disandang karena beliau selalu membagi dua harta yang dimilikinya kepada saudara kandungnya al-Habib Abu Bakar al-Habsyi. Membagi dua dalam bahasa Arabnya adalah Syathara.

Waliyullah Alwi asy-Syathiri lahir di Tarim dan wafat pada tahun 843 H, dikarunia 5 orang anak lelaki, dan 2 di antaranya yang meneruskan keturunan, yaitu: Muhammad dan Umar.

Syabsyabah ( ﺔﺒﺸﺒﺷ )

Mereka adalah keturunan waliyullah Idrus bin al-Hadi bin Ahmad Shahib Syi'ib bin Muhammad al-Ashghor bin Alwi bin Abi Bakar al-Habsyi.

Syabsyabah adalah nama dari satu jenis pohon kurma yang istimewa dan masyarakat lebih suka kalau kurma itu dalam keadaan mengkal (setengah matang). Al-Habib Idrus bin al-Hadi dinamakan Syabsyabah karena beliau mempunyai pohon kurma tersebut sebagai hasil kerja keras orang tua mereka.

Asy-Syilli ( ﻞﺸﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Abu Bakar bin Alwi asy-Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah Ba'alawi. Datuk mereka digelari dengan 'Syilli' sebagai ﻞﻌﻓ ﺮﻣﻷا dengan makna 'bawalah atau ambillah'. Tidak didapat keterangan yang jelas mengenai pemberian gelar ini.

Waliyullah Abdullah bin Abi Bakar asy-Syilli dikarunia tiga orang anak laki bernama: Abubakar, Ahmad dan Aqil. Dari anaknya yang bernama Abu bakar dikarunia cicit yang bernama Muhammad bin Abi bakar bin Ahmad bin Abi Bakar bin Abdullah asy-Syili, penulis kitab al-Masra' ar-Rawi yang berisi biografi tokoh ulama Alawiyin.

Basyumailah ( ﺔﻠﻴﻤﺷﺎﺑ )

Mereka bernasab kepada waliyullah Abu Bakar bin Abdullah bin Abdurahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah.

Pada zamannya tersebar berita bahwa beliau telah mendapatkan karomah dari Allah swt. Beliau adalah seorang yang hidupnya selalu dalam kesulitan dan hidup sebagai seorang zahid. Dalam perjalanannya menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, beliau ketinggalan kapal yang akan dinaikinya, timbullah rasa sedih dan sesal pada dirinya karena khawatir tidak dapat menunaikan ibadah haji, sedangkan yang ada pada dirinya hanya sehelai selimut (syamilah), lalu waliyullah Abu Bakar menghamparkan syamilahnya di tepi pantai lalu naik ke atasnya, maka meluncurlah selimut itu dengan cepat hingga mendahului kapal yang meninggalkannya. Kejadian tersebut disaksikan oleh banyak orang, maka sejak itu beliau dinamakan dengan Basyumailah.

Waliyullah Abu Bakar Basymilah lahir di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak lelaki yaitu Ahmad dan Abdullah. Beliau wafat di kota Tarim tahun 843 H.

Syahabuddin ( بﺎﻬﺷ ﻦﻳﺪﻟا )

Yang pertama kali dijuluki Syahabuddin ialah waliyullah Ahmad bin Abdurahman bin Ahmad Syahabuddin bin Abdurahman bin asy-Syaikh Ali bin Abu Bakar as-Sakran bin Abdurahman Assegaf.

Syahabuddin adalah gelar yang dinisbahkan kepada para ulama yang agung dan terkenal dengan keluasan ilmu mereka dan banyak mempunyai karya tulisan pada zamannya. Al-Habib Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan cucu beliau al-Habib Ahmad Syahabuddin al-Ashghor adalah dua orang waliyullah yang terkenal dan pantas menggunakan gelar tersebut, maka keduanya diberi gelar Syahabuddin. Hal itu disebabkan keagungan dan keluasan ilmu mereka.

Bagi setiap anak cucu al-Habib Syahabuddin al-Ashghor disebut Bin Syahab kecuali beberapa keluarga mereka yang dikenal dengan gelar lain seperti al-Masyhur dan az-Zahir. Adapun Aal-al-Hadi, mereka adalah anak cucu pamannya yaitu al-Habib Muhammad al-Hadi bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan anak cucu saudaranya al-Hadi bin Abdurahman bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar. Waliyullah Syahabudin al-Akbar lahir di kota Tarim, dikarunia 3 orang anak lelaki: 1. Muhammad al-Hadi, keturunannya al-Bin Syahab al-Hadi. Cucunya bernama: Ali bin Idrus bin Muhammad al-Hadi yang keturunannya berada di Palembang, Jakarta dan Pekalongan, Syihabuddin bin Idrus bin Muhammad al-Hadi, keturunannya berada di Malaysia dan Singapura, Umar, keturunannya asy-Syahab al-Mahjub (Palembang).

2. Abdurahman al-Qadi bin Syahabudin al-Akbar, dikarunia 4 orang anak lelaki (Abu Bakar, keturunannya di Zhufar, Amman, Palembang, Abdullah, keturunannya di Malabar, Muhammad al-Hadi bin Abdurahman al-Qadhi, keturunannya disebut al-Hadi.

3. Syahabuddin bin Abdurahman al-Qadhi (Ahmad Syahabuddin al-Ashgor), keturunannya ialah aal-Bin Husein, aal-Bin Idrus, aal-Bin Zain. Waliyullah Ahmad Syahabuddin al-Ashgor wafat di Tarim tahun 1036 H danwafat tahun 946 H, keturunannya ialah al-Masyhur dan az-Zahir.

Basyaiban ( نﺎﺒﻴﺷﺎﺑ )

Mereka bernasab kepada waliyullah Abu Bakar bin Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Syaiban berasal dari kata asy-Syaibu yang artinya beruban. Beliau diberi gelar dengan asy-Syaiban karena berusia lanjut dan mempunyai rambut putih, hal tersebut menambah kebesaran dan kewibawaan beliau.

Waliyullah Abu Bakar Basyaiban lahir di kota Tarim dan wafat di Tarim tahun 807 H, dikarunia 2 orang anak lelaki, satu di antaranya yaitu: Ahmad Basyaiban.

Bin Syaikh Abu Bakar bin Salim ( ﻦﺑا ﺦﻴﺸﻟا ﻰﺑأ ﺮﻜﺑ ﻦﺑ ﻢﻟﺎﺳ )

Yang pertama kali dijuluki asy-Syaich Abu Bakar Bin Salim ialah waliyullah Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin al-Imam Abdurahman Assegaf.

Gelar yang disandang karena beliau seorang guru besar dalam ilmu agama dan seorang pemimpin. Beliau adalah seorang sufi yang bergelar wali quthub. Waliyullah Syaikh Abu Bakar bin Salim lahir di kota Tarim pada tahun 919 H, dikaruniai 13 anak lelaki dan yang menurunkan keturunannya 9 orang anak, bernama: Husin, Hamid, Umar, Hasan, Ahmad, Soleh, Ali, Syaikhon, Abdullah. Dari anak-anaknya tersebut di antaranya menurunkan keluarga al-Hamid, al-Muhdhar, al-Hiyyed, al-Khamur, al-Haddar, Abu Futhaim, dan Bin Jindan. Waliyullah Syaich Abu Bakar bin Salim wafat di kota Inat tahun 992 H.

Asy-Syaikhon dan Aal Bin Syaikhon ( نﺎﺨﻴﺸﻟا ﻦﺑ نﺎﺨﻴﺷ )

Keluarga asy-Syaikhon dan Bin Syaikhon disandang oleh beberapa waliyullah, di antaranya:

1. Aal-Bin Syaikhon: Syaikhon bin Muhammad bin Syaikhon bin Muhammad bin Syaikhon bin Husein bin Ahmad shohib Syi'ib bin Muhammad bin Alwi bin Abi Bakar al-Habsyi.

2. Asy-Syaikhon: Bin Aqil bin Salim (Saudara Syaikh Abu Bakar bin Salim)

3. Asy-Syaikhon: Bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim

4. Asy-Syaichon: Bin Abdullah Abud bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah dari keluarga Ba'bud.

5. Asy-Syaichon: Bin Ali bin Hasyim bin Syekh bin Muhammad bin Hasyim (dari keluarga Bahasan).

Shahib Al-Hamra' ( ﺐﺣﺎﺻ ءاﺮﻤﺤﻟا )

Yang pertama kali dijuluki Shahib al-Hamra ialah waliyullah Umar bin Abdurahman bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Gelar yang disandang, dikarenakan beliau tinggal di Hamra nama kota yang terkenal di Yaman. Keturunan waliyullah Umar bin Abdurahman adalah keluarga Balghaits.

Shahib Al-Hauthoh ( ﺐﺣﺎﺻ ﺔﻃﻮﺤﻟا )

Yang pertama kali dijuluki Shahib al-Hauthoh ialah waliyullah Ali bin Muhammad bin Abdullah bin al-Faqih Ahmad bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Gelar yang disandang, dikarenakan beliau tinggal di Hauthoh daerah yang terletak sebelah Barat kota Tarim, Hadramaut.

Shahib Asy-Syi'ib ( ﺐﺣﺎﺻ ﺐﻌﺸﻟا )

Yang pertama kali dujuluki Shahib asy-Syi'ib ialah waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Asghor bin Alwi bin Abi Bakar al-Habsyi. Gelar yang disandang, dikarenakan beliau dimakamkan di Syi'ib. Di tempat itu pula dimakamkan kakeknya al-Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa. Daerah tersebut terletak di antara kota Tarim dan Seiwun.

Shahib Qasam ( ﺐﺣﺎﺻ ﻢﺴﻗ )

Yang pertama kali dijuluki Shahib Qasam ialah waliyullah Ahmad bin Alwi Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah Ba'alawi. Gelar yang disandang, dikarenakan beliau pindah dari Tarim ke Qasam. Qasam merupakan kota yang didirikan oleh al-Imam Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Di kota tersebut beliau menanam pohon kurma untuk mengingatkannya terhadap kota Qasam di Bashrah yang merupakan milik kakeknya al-Muhajir Ahmad bin Isa.

Waliyullah Ahmad Qasam bin Alwi Syaibah dikarunia 5 orang anak laki, bernama: Alwi, Husin, Abu Bakar, Abdurahman, Abdullah dan Muhammad (menurunkan keluarga al-Junaid al-Akhdhor)

Shahib Marbath ( ﺐﺣﺎﺻ ﻂﺑﺮﻣ )

Yang pertama kali dijuluki Shahib Marbath ialah waliyullah Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir. Gelar yang disandang, dikarenakan beliau tinggal di Marbath Zhufar, sebelumnya beliau tinggal di Tarim yang dinamakan dengan Zhufar Lama.

Shahib Maryamah ( ﺐﺣﺎﺻ ﺔﻤﻳﺮﻣ )

Yang pertama kali dijuluki Shahib Maryamah ialah waliyullah Ahmad bin Alwi bin Abdurahman Assegaf. Gelar yang disandang , dikarenakan beliau tinggal di Maryamah suatu kota yang terletak dekat Seiwun.

Basurroh ( ةﺮﺳﺎﺑ )

Mereka adalah keturunan waliyullah Ahmad al-Mualim bin Hasan bin ath-Thawil bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Faqih bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih.

Diberi gelar Basuroh karena beliau memiliki sebuah bungkusan (surrah) yang selalu dijaga dan dibawa ke mana saja beliau pergi, sehingga semua orang mengira bungkusan itu berisi barang-barang berharga. Akan tetapi setelah beliau wafat bungkusan tersebut dibuka dan ternyata isinya kitab-kitab agama yang selalu dibaca selama hidupnya. Waliyullah Abdurahman Basurroh lahir di kota Tarim dan wafat pada tahun 888 H, dikarunia seorang anak lelaki bernama Muhammad.

Ash-Shulaibiyah ( ﺔﻴﺒﻴﻠﺼﻟا )

Mereka adalah salah satu keluarga dari Aal al-Aydrus. Datuk mereka ialah waliyullah Husein bin Abdullah bin Syaich bin Abdullah al-Aydrus bin Abi Bakar as-Sakran bin Abdurahman Assegaf.

Gelar yang disandang beliau berhubungan dengan jalur ibunya. Asy-Syarifah Aisyah binti Abi Bakar bin Abdullah Basyamilah adalah yang pertama digelari dengan ash-Shulaibiyah. Selanjutnya gelar tersebut melekat kepada puterinya Alwiyah binti Abdullah bin Alwi Bajahdab dan kepada cucunya Fathimah istri dari al-Habib Husin, maka gelar ash-Shulaibiyah pun melekat kepada al-Habib Husin dan keturunannya. Ash-Shulaibiyah berasal dari kata ash-Sholaba yang mempunyai arti teguh. Asy-Syarifah Aisyah diberi gelar tersebut karena mempunyai pendirian yang teguh terutama dalam menjalankan ajaran agama Islam.

Waliyullah Ahmad ash-Shalabiyah lahir di kota Tarim dan wafat pada tahun 1028 H, dikaruniai 7 orang anak lelaki yaitu: Abu Bakar dan Abdullah (keturunannya berada di India), Ali, Muhammad, Abdurahman, Husein dan Syaikh (keturunannya sebagian besar berada di Indonesia).

Ash-Shafi al-Jufri ( ﻰﻓﺎﺼﻟا ىﺮﻔﺠﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Syaikhan bin Alwi bin Abdullah at-Tarisi bin Alwi al-Khowas bin Abu Bakar al-Jufri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad asy-Syahid bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Gelar ash-Shofi karena pada diri beliau melekat sifat-sifat yang suci (Shafail-Qalbu) dan juga ayahnya memberi nama sesuai dengan nama leluhurnya ash-Shafi.

Waliyullah Syaikhan as-Shafi lahir di kota Makkah dan wafat pada tahun 1089 H, dikaruniai 3 orang anak lelaki yaitu Maqbul, Umar, Abdullah. Dua di antaranya meneruskan keturunan beliau yaitu Umar dan Abdullah.

Ash-Shafi As-Saqqaf ( ﻰﻓﺎﺼﻟا فﺎﻘﺴﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Umar ash-Shafi bin Abdurahman al-Mualim bin Muhammad bin Ali bin Abdurahman as-Saqqaf. Pemberian gelar ash-Shofi karena beliau mempunyai kejernihan hati dan pikiran, kebersihan perasaan, kelembutan tabiat. Waliyullah Umar ash-Shafi wafat di kota Tarim

Aal-Thaha ( لا ﻪﻃ )

Mereka adalah keturunan Thaha bin Umar ash-Shafi bin Abdurahman al-Mualim bin Muhammad bin Ali bin Abdurahman as-Saqqaf dan juga keturunan cucunya al-Habib Thaha bin Umar bin Thaha bin Umar ash-Shafi. Thaha adalah salah satu nama Rasulullah saw. Mereka menamakan dengan Thaha karena bertabarruk kepada Rasullah saw.

Ath-Thahir ( ﺮﻫﺎﻄﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Thahir bin Muhammad bin Hasyim bin Abdurahman bin Abdullah bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad al-Faqih bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Waliyullah Thahir bin Muhammad lahir di kota Tarim dan wafat pada tahun 1163 H, dikaruniai 5 orang anak lelaki dan hanya seorang saja yang meneruskan keturunannya bernama Husein.

Al-Adani ( ﻰﻧﺪﻌﻟا )

Yang pertama kali digelari al-Adani ialah waliyullah al-Quthub Abu Bakar bin Abdullah al-Aydrus bin Abu Bakar as-Sakran. Gelar yang disandang karena beliau meninggalkan tempat kelahirannya, kota Tarim berhijrah ke kota Aden di Yaman Selatan dan sampai akhirnya beliau bermukim di kota Aden tersebut. Waliyullah al-Quthub Abu Bakar bin Adullah al-Aydrus begitu pertama kali memasuki kota Aden, maka turun hujan susu di kota Aden tersebut.

Waliyullah Abu bakar al-Adani dilahirkan di kota Tarim dan wafat tahun 914 H di kota Aden, dikarunia seorang anak bernama Ahmad. Ahmad dan kedua anaknya Aqil dan Muhammad tidak mempunyai keturunan.

Azhamat Khan ( تﺎﻤﻈﻋ نﺎﺧ )

Mereka adalah keturunan dari Abdul Malik bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Di India mereka dikenal dengan gelar Azhamat yang dalam bahasa Urdu adalah suatu gelar yang menunjukkan atas kemuliaan dan kehormatan. Sedangkan Khan artinya keluarga. Jadi Azhamat Khan adalah keluarga yang mulia dan terhormat. Dari India, sebagian mereka berhijrah ke Siam, Kamboja dan Indonesia. Di antara mereka adalah para ulama yang dikenal dengan Wali Songo.

Al-'Aqil ( ﻞﻴﻘﻌﻟا )

Al-Aqil adalah gelar yang diberikan untuk anak cucu waliyullah:

1. Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Abdurahman as-Saqqaf, dikarunia 5 orang anak lelaki: Salim, Syaikhon, Muhammad, Zein (keturunannya al-Agil bin Salim di Lisik), Abdurahman yang dikenal dengan al-Atthas bin Aqil bin Salim.

2. Aqil bin Muthohhar bin al-Hamid bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.

3. Aqil bin Abdullah bin Umar bin Yahya.

Ba'aqil ( ﻞﻴﻘﻋﺎﺑ )

Mereka adalah keturunan waliyullah Aqil bin al-Imam Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Waliyullah Aqil bin Abdurrahman Assegaf dilahirkan di kota Tarim dan wafat tahun 871 H, dikarunia seorang anak lelaki yang bernama Abdurrahman.

Abdurrahman bin Aqil dikarunia 3 orang anak lelaki: Hasan, Muhammad al-Mualim Ba'aqil dan 'Umar, menurunkan keturunan al-Ba'aqil (Abdullah & Abdurahman). Hasan dan Muhammad al-Hadi menurunkan keturunan 'al-Ba'aqil Assegaf.

Ba'alawi ( ىﻮﻠﻋﺎﺑ )

Sebagaimana telah diketahui bahwa setiap orang yang bernasab kepada Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far ash-Shadiq sampai kepada akhir nasab yang mulia, maka disebut Ba'alawi. Ada beberapa qabilah yang tidak bergelar dengan gelar tertentu, mareka itu dikenal dengan gelar Ba'alawi seperti Aal-Ba'alawi yang bernasab kepada Abu Bakar al-Wara'.

Aal-Ali Lala ( ﻲﻠﻋ ﻼﻟ )

Beliau adalah al-Habib Ali Lala bin Ahmad al-Mualim bin Hasan ath-Thawil bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih. Gelar Lala dalam bahasa Urdu artinya hartawan. Jadi Ali Lala adalah Saudagar Ali.

Al-Atthas ( سﺎﻄﻌﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf.

Menurut Habib Ali bin Hasan al-Atthas (shohib al-Masyhad) dalam kitabnya al-Qirthos fi Manaqib al-Habib Umar bin Abdurahman al-Atthas, mengatakan bahwa pemberian gelar al-Atthas dikarenakan keramatnya, yaitu bersin dalam perut ibunya seraya mengucapkan Alhamdulillah, yang mana perkataan tersebut didengar oleh ibunya. Menurut Habib Ali yang pertama kali bersin dalam perut ibunya yaitu Aqil bin Salim, saudara kandung Syaikh Abu Bakar bin Salim, selanjutnya gelar tersebut dipakai oleh anaknya yang bernama Abdurahman. Sedangkan anaknya yang bernama Muhammad dan Zein memakai gelar al-Aqil bin Salim.

Syaikh Muhammad bin Ahmad Bamasymus al-Amudi berkata: 'Tidak ada al-Idrus kecuali Abdullah dan tidak ada al-Attas kecuali Umar'. Bersin bahasa Arabnya 'athasa dan orang yang bersin disebut al-Aththas.

Waliyullah Abdurahman bin Aqil bin Salim dilahirkan di kota Lisik. Beliau dikarunia 5 orang anak lelaki, tiga di antaranya melanjutkan keturunan beliau, yaitu;

1. Abdullah, keturunannya berada di Yafi' (Hadramaut)

2. Aqil, keturunannya al-Atthas al-Aqil (Khuraidhoh)

3. Umar (Sohib Ratib al-Atthas) keturunannya sebagian besar berada di Indonesia. Beliau dikarunia 9 orang anak lelaki, tetapi yang meneruskan keturunan beliau hanya 4 orang, yaitu: Husein, menurunkan keturunan al-Atthas yang disebut al-Muchsin, al-Hamzah al-Ahmad, ath-Thalib, al-Umar, al-Hasan, al-Ali, al-Abdullah. Salim, keturunannya berada di Khuraidhoh, Jubail, India, Pekalongan, Penang dan Katiwar. Abdullah, keturunannya berada di Amud, Inaq, Jadfaroh, Luhrum, Jawa dan di Bihan (Syihir). Abdurrahman, keturunannya di Khuraidhoh, Luhrum, Jawa dan India.

Waliyullah Abdurrahman bin Aqil bin Salim wafat di kota Huraidhoh.

Al-Aydrus ( سورﺪﻴﻌﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Abi Bakar as-Sakran bin Abdurrahman Assegaf. Menurut pengarang kitab al-Masra', dinamakan al-Aydrus karena gelar tersebut merupakan gelar pemimpin para wali dan nama yang agung untuk seorang sufi.

Dan ada pula yang mengatakan nama al-Aydrus berasal dari kata Utayrus yang dalam bahasa Indonesia berarti bersifat seperti Macan atau Singa. Tidak diragukan lagi bahwa Singa adalah raja hutan dan Aidrus adalah pemimpin para wali di zamannya. Di samping itu gelar tersebut adalah pemberian dari datuknya, karena pada masa kecilnya beliau selalu dipanggil oleh datuknya Waliyullah Abdurrahman Assegaf dengan julukan Utayrus.

Beliau dilahirkan di kota Tarim pada bulan Dzulhijjah tahun 811 H. Dikaruniai 5 orang anak lelaki: Abu Bakar, Muhammad, Alwi, Syekh dan Husin. Dari kelima anak lelaki hanya 3 yang meneruskan keturunan beliau yaitu:

1. Alwi, yang menurunkan keturunan al-Aydrus: al-Ahmad al-Muhtaji. Keturunannya berada di Bor, di Syam, di Dhafar (Hadramaut) dan di Jawa. 2. Husein, menurunkan keturunan al-Aydrus, al-Umar bin Zain, al-Ismail, al-Hazem, ats-Tsiby, al-Ma'igab ( yang menurunkan Ahmad Syarim, Hasan bin Abdullah, Abbas bin Abdullah, Waliyullah Habib Husein bin Abu Bakar, Luar Batang)

3. Syaikh, menurunkan keturunan al-Aydrus, ash-Shalabiyah dan Ali Zainal Abidin.

Waliyullah Abdullah bin Abi Bakar as-Sakran wafat pada tanggal 12 Ramadhan 865 H di perjalanan antara Syihir dan Tarim (Hadramaut).

Al-Aidid ( ﺪﻳﺪﻴﻌﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad Maula Aidid bin Ali Shahib al-Hauthah bin Muhammad bin Abdullah al-Faqih bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

Gelar al-Aidid diberikan karena beliau bermukim di suatu dusun yang tidak berpenduduk disebut "Wadi Aidid" yaitu dusun yang terletak di daerah pegunungan sebelah Barat Daya kota Tarim dan mendirikan sebuah masjid untuk tempat beribadah dan beruzlah (mengasingkan diri) dari keramaian. Desa Aidid menjadi semerbak dan terang berderang dengan sinar keberkahan dari al-Habib Muhammad.

Waliyullah Muhammad Maula Aidid dilahirkan di kota Tarim dan wafat pada tahun 862 H. Beliau dikaruniai 4 orang anak lelaki: Alwi, Abdullah, Abdurahman dan Ali. Dari 4 orang anaknya hanya 3 orang yang meneruskan keturunannya. Yang bernama Abdullah dan Abdurrahman dijuluki dengan gelar Bafaqih yang kemudian menjadi leluhur al-Bafaqih. Sedangkan anaknya yang bernama Ali tetap dijuluki Aidid yang kemudian menurunkan keturunan al-Aidid.

Ba'umar ( ﺮﻤﻋﺎﺑ )

Mereka adalah keturunan Ali bin Umar bin Salim bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Umar bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Yang terkenal dengan Ba'Umar adalah datuk dari Ali bin Umar seorang wali yang mempunyai derajat tinggi di sisi Allah swt.

Al-Auhaj ( ﺞﻫوﻷا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Alwi Auhaj bin Ali bin Abu Bakar al-Fachir bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi 'Amm al-Faqih. Beliau digelari dengan Auhaj karena bermukim di dusun yang disebut Auhaj Yaman. Waliyullah Alwi al-Auhaj dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 3 orang anak yaitu Ahmad , Ali dan Abdullah. Waliyullah Alwi al-Auhaj wafat pada tahun 887 H di Tarim (Hadramaut).

Al-Ba'bud ( لآ دﻮﺒﻋﺎﺑ )

Perkataan Abud adalah sifat untuk orang yang banyak melakukan ibadah dan kadang dipakai sebagai gelar untuk orang yang bernama Abdullah seperti datuk al-Ba'abud dan salah seorang dari mereka yaitu Waliyullah Abdullah (Abud) bin Muhammad Maghfun bin Abdurahman Babathinah bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih.

Yang pertama kali menyandang gelar Ba'abud adalah anak dari Waliyullah Abdullah bin Muhammad Maghfun yaitu Muhammad Ba'abud Maghfun. Beliau digelari dengan 'Maghfun' karena suka beruzlah dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah swt. Waliyullah Muhammad Maghfun dilahirkan di kota Tarim, keturunan beliau berada di Bor Hadramaut, Madinah al-Munawwaroh, Mesir dan Indonesia. Waliyullah Muhammad Abud wafat di kota Tarim pada tahun 975 H.

Yang kedua adalah al-Ba'bud Dubjan, mereka adalah keturunan Muhammad al-Faqih al-Muqaddam, disandang oleh Waliyullah Abdullah Abud bin Ali Dubjan bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Ba'alawi. Tentang sebutan Dubjan diartikan dengan dua pengertian yaitu: pertama, Dubjan diartikan sebuah dusun di Hadramaut, di mana ayah dari Waliyullah Abdullah Abud yaitu Ali bin Ahmad bermukim di dusun Dubjan tersebut. Kedua, Dubjan diartikan dengan keindahan atau keperkasaan. Mungkin keluarga Waliyullah Abdullah bin Ali tersebut adalah orang-orang yang gagah perkasa dan pemberani. Waliyullah Abdullah Abud dilahirkan di kota Qasam dan wafat pada tahun 816 H. Keturunan beliau berada di Ghaiydhah, di Difar, di India dan di Indonesia.

Yang ketiga adalah al-Ba'bud Charbasyan, keturunan Muhammad al-Faqih al-Muqaddam yang menyandang gelar ini adalah Waliyullah Abdullah Abud bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin al-Faqih. Tentang sebutan Charbasyan diartikan sebuah dusun di sekitar kota Makkah al-Mukarromah, di mana leluhur Waliyullah Ahmad bin Abi Bakar bermukim di dusun tersebut. Beliau dilahirkan di kota Makkah al-Mukarromah dan wafat di kota Tarim pada tahun 947 H. Keturunannya berada di Churuf az-Zaidan, di kota Tarim, di Oman dan di Indonesia.

Al-Ghazali ( ﻰﻟاﺰﻐﻟا )

Mereka adalah qabilah dari keluarga al-Baiti tang berbangsa kepada Abu Bakar bin Ibrahim bin Abdurahman as-Saqqaf. Dan yang pertama kali diberi gelar al-Ghazali ialah Ahmad bin Muhammad al-Masyhur bin Abdullah bin Salim bin Abdullah. Ayah beliau memberi gelar dengan gelar ini karena berharap agar puteranya menjadi seperti Imam al-Ghazali walaupun hanya untuk sebagian ilmu dan amalnya.

Al-Ghusnu ( ﻦﺴﻐﻟا )

Mereka adalah keturunan Abu Bakar al-Ghusnu bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamallullail bin Hasan bin Muhammad Asadullah bin Hasan bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Gelar al-Ghusnu diberikan karena beliau seorang yang lembut dan rendah hati terhadap masyarakat sekitarnya dan selalu berbaik hati kepada keluarganya.

Al-Ghamri ( ىﺮﻤﻐﻟا )

Mereka adalah qabilah dari keluarga Ba'abud al-Charbasyan. Dan yang pertama kali digelari dengan al-Ghamri ialah Muhammad bin Ahmad bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Abdurahman bin Abdullah bin Abud bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Pemberian gelar al-Ghamri karena saat beliau hijrah dari Hadramaut ke Madinah al-Munawaroh terlihat keramatnya yang sempurna. Orang Arab menyebutnya al-Ghumri yang berarti air yang banyak, dan orang menggelarinya dengan al-Ghamri karena beliau seorang yang dermawan dan lapang dada.

Balghaits ( ﺚﻴﻐﻟﺎﺑ )

Mereka adalah keturunan waliyullah Umar bin Abdurahman Shahib al-Hamra'. Gelar yang disandang karena datuk beliau memberinya nama dengan al-Ghaits, sebagai tabarruk kepada seorang waliyullah yang terkenal Abul-Ghaits bin Jamil. Keturunannya berada di Timur Tengah dan Indonesia (sebagian besar ada di Kalimantan). Waliyullah Umar bin Ahmad al-Balghaits wafat di Lahij.

Al-Ghaidhi ( ﻰﻀﻴﻐﻟا )

Beliau adalah Abu Bakar bin Abdullah bin Ahmad bin Abu Bakar al-Wara' bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Beliau digelari dengan al-Ghaidhi karena bertempat tinggal di suatu daerah al-Ghaidhoh di pantai Timur Hadramaut yang banyak ditumbuhi pepohonan.

Aal-Fad'aq ( لا ﻖﻋﺪﻓ )

Fad'aq adalah sejenis Harimau. Leluhur Alawiyin yang mendapat gelar ini karena mempunyai sifat kuat dan berani seperti Harimau saat berda'wah. Fad'aq mempunyai tiga keluarga yaitu;

1. Keturunan waliyullah Umar Fad'aq bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Munaffir. Beliau dilahirkan di jami Qasam, Hadramaut dan diberi 6 orang anak lelaki, 3 orang di antaranya menurunkan keturunannya yaitu Ali, menurunkan al-Fad'aq Abunumai, keturunanya hanya ada di Magad dan di Dhifar Hadramaut. Alwi, keturunannya hanya ada di India. Dan Ibrahim, keturunanya hanya berada di Qasam, di Dhifar di Magad dan Yaman Utara.Waliyullah Umar Fad'aq bin Abdullah Wathab wafat di Jami' Gasam pada tahun 910 Hijriyah.

2. Keturunan waliyullah Fad'aq bin Muhammad bin Abdullah bin Mubarak bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Munaffir. Beliau dilahirkan di Baydho' dan dikaruniai 5 anak, yang meneruskan keturunan beliau hanya 3 anak yaitu: Hasan, Aqil dan Abdullah yang keturunannya banyak di Indonesia. Beliau wafat di kota Baydho' tahun 1000 H.

3. Keturunan waliyullah Ahmad bin Muhammad bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah yang dikenal dengan sebutan Baiti Fad'aq.

Bafaqih ( ﻪﻴﻘﻓﺎﺑ )

Al-Bafaqih disandang oleh dua orang yaitu: Abdurrahman bin Muhammad Maula Aidid dan Abdullah bin Muhammad Maula Aidid. Gelar Bafaqih berarti Ibnu Faqih. Beliau alim dalam ilmu fiqih sebagaimana kakeknya yang alim dan menguasai ilmu fiqih.

Waliyullah Abdurrahman Bafaqih dilahirkan di kota Tarim dan dikaruniai 5 orang anak, 3 di antaranya meneruskan keturunannya yaitu: Ahmad, Zain dan ath-Thayib. Waliyullah Abdurrahman Bafaqih wafat pada tahun 884 H. Waliyullah Abdullah Bafaqih dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 3 orang anak, 2 di antaranya meneruskan keturunannya yaitu: Husein dan Ahmad. Beliau wafat beberapa tahun sesudah saudaranya Abdurrahman Bafaqih wafat.

Bilfaqih ( ﻪﻴﻘﻔﻟﺎﺑ )

Bilfaqih ialah gelar yang dinisbatkan kepada waliyullah Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman al-Asqo' bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Gelar Bilfaqih didapat karena beliau dikenal sebagai seorang ahli fiqih dan mengikuti jejak ayahnya. Waliyullah Abdurrahman bin Muhammad Bilfaqih dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai enam orang anak laki yaitu: Ali, Alwi, Muhammad, Abubakar, Husin, Ahmad. Dari 6 orang anak lelaki yang melanjutkan keturunan beliau hanya 2 orang anak yaitu Husein dan Ahmad. Waliyullah Abdurrahman bin Muhammad Bilfaqih wafat di kota Tarim tahun 966 H.

Al-Faqih Al-Muqaddam ( ﻪﻴﻘﻔﻟا مﺪﻘﻤﻟا )

Yang pertama kali di juluki al-Faqih al-Muqaddam ialah waliyullah al-Ustadz al-A'dzom Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath.

Gelar yang disandang karena beliau seorang faqih yang menguasai ilmu fiqih dan karena beliau pula negeri Hadramaut menjadi negeri yang aman. Di samping itu, waliyullah Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam seorang yang berjalan pada thariqah kefaqiran. Julukan al-Muqaddam yang diberikan kepadanya, karena beliau seorang yang terkemuka/panutan. Makam beliau adalah tempat pertama dikunjungi oleh para peziarah di perkuburan Zanbal Tarim.

Bafaraj ( جﺮﻓﺎﺑ )

Bafaraj ialah gelar yang dinisbahkan kepada keturunan waliyullah Faraj bin Ahmad al-Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Gelar Bafaraj didapat karena ayah beliau menamakan Faraj (berarti senang atau berkah) dengan tujuan agar anaknya menjadi orang yang saleh penuh dengan kesenangan dan keberkahan dari Allah swt.

Waliyullah Faraj bin Ahmad dilahirkan di kota Tarim dan wafat pada tahun 876 H, dikaruniai 4 orang anak lelaki bernama: Abu bakar, Umar Abdullah dan Alwi.

Abu Futhaim ( ﻮﺑا ﻢﻴﻄﻓ )

Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad bin Abu bakar bin Ahmad bin Ali bin Hasan bin Syaikh Abi Bakar bin Salim. Gelar ini disandang karena beliau mempunyai anak perempuan yang bernama Fathimah yang berasal dari kata Fathama , maka orang-orang menjuluki Abu-Futhaim. Waliyullah Muhammad Abu Futhaim dilahirkan di kota Tarim dan wafat di kota San'a Yaman Utara, dikaruniai 5 orang anak, 4 di antaranya meneruskan keturunannya yaitu: Abdurrahman, Husein, Umar dan Alwi.

Al-Fardy ( يدﺮﻔﻟا )

Yang pertama kali di juluki al-Fardy ialah waliyullah Abdullah bin Alwi bin Ali bin Abi Bakar al-Fachir bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Gelar yang disandang karena beliau terkenal sebagai ahli ilmu Faraid di zamannya sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Masyra'.

Al-Qadri

Yang pertama dijuluki al-Qadri ialah waliyullah Aqil bin Abdullah bin Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad Jamallullail. Al-Qadri adalah suatu kata yang berasal dari kalimat qadarullah yaitu takdir Allah swt. Adapun sebab diberi gelar al-Qadri karena beliau selalu menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah swt. yang terlihat dari perkataan dan perbuatannya.

Pendiri kota Pontianak Abdurahman bin Husein al-Qadri adalah keturunan dari Salim bin Abdullah saudara Aqil bin Abdullah. Waliyullah Aqil bin Abdullah al-Qadri wafat di kota Tarim.

Al-Quthban ( نﺎﺒﻄﻘﻟا )

Mereka bersambung nasabnya kepada waliyullah Quthban bin Aqil bin Ahmad bin Abu Bakar as-Sakran bin Abdurahman Assegaf. Dinamakan Quthban karena beliau adalah seorang yang gagah berani dalam mengalahkan musuh-musuhnya.

Al-Qori' ( ئرﺎﻘﻟا )

Yang pertama kali dijuluki al-Qari ialah waliyullah Abdurahman bin Ibrahim bin Abdullah bin Abdurahman Assegaf. Gelar yang disandangkan karena beliau adalah seorang qari' yang terkenal.

Al-Kaf ( فﺎﻜﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Jufri. Gelar yang disandang mempunyai dua versi:

1. Waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Kaf dapat mengalahkan seseorang yang mengaku dirinya jagoan yang mempunyai kekuatan luar biasa. Kekuatan yang luar biasa itu dalam bahasa Hadramaut disebut "Kaf".

2. Dalam suatu perkara di pengadilan, hakim meminta waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Kaf menuliskan suatu kode. Kode yang ditulis itu adalah huruf Kaf maka sejak itu masyarakat memanggilnya dengan gelar al-Kaf

Waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Kaf dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai 2 orang anak lelaki bernama Abu Bakar dan Muhammad. Waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Kaf wafat di Tarim tahun 911 H.

Al-Muhdhar ( رﺎﻀﺤﻤﻟا )

Beliau ialah Umar bin Abdurahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Waliyullah Umar al-Muhdhar bin Abdurahman as-Saqqaf tidak mempunyai anak laki-laki, hanya mempunyi 4 orang anak perempuan. Waliyullah Umar al-Muhdhar bin Abdurahman as-Saqqaf wafat di Tarim pada tahun 833 H ketika sujud pada shalat Dzuhur.

Aal Al-Muhdhar ( لآ رﺎﻀﺤﻤﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Umar bin Syaich Abi Bakar bin Salim. Gelar yang disandangnya karena ayahnya menjulukinya Muhdhar agar ia mendapat berkah leluhurnya yaitu Waliyullah Umar Muhdhar bin Abdurrahman Assegaf.

Waliyullah Umar al-Muhdhar lahir di kota Inat, dikaruniai 2 orang anak lelaki bernama Ali dan Abu Bakar, mereka menurunkan keturunanan al-Muhdhar. Keturunan al-Muhdhar lainnya adalah al-Mahadir. Waliyullah Umar al-Muhdhar wafat di Inat pada tahun 997 H.

Al-Mahjub ( بﻮﺠﺤﻤﻟا )

Yang dijuluki al-Mahjub ialah:

1. Waliyullah Abdullah bin Abdurahman bin Hasan bin Syaich bin Hasan bin Syaikh bin Ali bin Syaikh bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah. Waliyullah Abdullah al-Mahjub lahir di Makho, Hadramaut, dikaruniai 3 orang anak lelaki. Dari anaknya yang bernama Ahmad menurunkan keturunan al-Mahjub yang berada di Hadramaut.

2. Waliyullah Ali ash-Sholeh al-Mahjub bin Abu Bakar bin Sholeh bin Abdullah bin Ibrahim bin Muhammad bin Syaich bin Abdullah bin al-Imam Abdurahman Assegaf. Beliau lahir di kota Tarim, dikaruniai seorang anak laki bernama Abdullah yang menurunkan al-Mahjub di Indonesia (sebagian besar ada di Banjarmasin). Beliau wafat di Tarim pada tahun 1151 H.

Gelar yang disandang karena beliau selalu beruzlah, mendekatkan diri kepada Allah untuk memohon petunjuk mengatasi kerusakan zaman.

Al-Maknun ( نﻮﻨﻜﻤﻟا )

Yang pertama kali dijuluki al-Maknun ialah waliyullah Ahmad maknun bin Umar bin Ahmad Shahib Maryamah bin Alwi bin Abdurahman Assegaf. Gelar yang disandang, karena beliau tinggal di Maknun nama sebuah tempat yang dikenal di Hadramaut.

Al-Masyhur ( رﻮﻬﺸﻤﻟا )

Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad al-Masyhur al-Majdzub bin Ahmad bin Muhammad bin Syahabuddin al-Ashghor bin Abdurahman al-Qadhi bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar bin Abdurahman bin Syaikh Ali bin Abu Bakar as-Sakran.

Al-Habib Muhammad menyandang dua gelar yaitu al-Masyhur dan al-Majdzub. Gelar yang disandang karena beliau seorang wali yang terkenal ke penjuru negeri, di mana kewalian tersebut diperoleh dari Allah swt. dengan jadzab (kewaliannya tanpa didahului oleh amalan).

Waliyullah Muhammad bin Ahmad al-Masyhur lahir di kota Tarim, dikarunia 3 orang anak lelaki:

1. Abdurahman, keturunannya berada di Malibar.

2. Alwi, leluhur al-Masyhur yang keturunannya ada di Ahwar, Tarim dan di Indonesia (kota Surabaya)

3. Abdullah, dikaruniai 4 orang anak lelaki, 2 di antaranya mempunyai keturunan, masing-masing yaitu Umar, leluhur al-Masyhur yang ada di Tarim. Salah satu anak cucunya ialah al-Allamah al-Habib Abdurahman bin Muhammad bin Husein al-Masyhur pengarang kitab Syamsu Adz-Dzahirah kitab tentang nasab Alawiyin yang menjadi pedoman Ar-Rabitah al-Alawiyah di Indonesia. Umar bin Abdullah bin Muhammad al-Masyhur keturunannya berada di Hadramaut, Malaysia dan Indonesia. Dan yang kedua ialah Ahmad, mempunyai seorang anak bernama Muhammad az-Zahir. Waliyullah Muhammad bin Ahmad al-Masyhur wafat di Tarim tahun 1130 H. Al-Marzaq ( قازﺮﻤﻟا ) Mereka adalah keturunan waliyullah Syaikh bin Ahmad bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Munaffir. Waliyullah Syaikh bin Ahmad al-Marzaq dilahirkan di Syibam, beliau ialah leluhur: 1. Al-Marzaq, dari keturunannya yang bernama Syaikh (Syaikh bin Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Syaikh Marzaq) 2. Al-Masyhur al-Marzaq, dari keturunannya yang bernama Muhammad (Muhammad bin Alwi bin Marzaq bin Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Syaikh Marzaq) Waliyullah Syaich bin Ahmad al-Marzaq wafat di Kota Syibam tahun 940 H. Al-Maqaddy ( ىﺪﻘﻤﻟا ) Yang pertama kali dijuluki al-Maqaddy ialah waliyullah Umar bin Abdurahman bin Ahmad Syuroim bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Gelar yang disandang, karena beliau tinggal di suatu tempat terkenal yang terletak dekat kota al-Hami as-Sahiliyah di Hadramaut. Al-Muqaibil ( ﻞﺒﻴﻘﻤﻟا ) Mereka adalah keturunan waliyullah Ahmad bin Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah. Gelar al-Muqaibil adalah suatu gelar yang terpuji, karena meliputi sifat tawadhu'. Gelar ini diberikan karena apabila beliau menerima penghormatan dari seseorang, selalu membalasnya dengan senang hati dan menghadapkan wajahnya. Waliyullah Ahmad al-Muqaibil lahir di Tarim, dikaruniai 5 orang anak, 2 di antaranya yang menurunkan keturunannya yaitu Zain dan Abdurahman. Al-Musyayyakh ( خﺎﻴﺸﻤﻟا ) Mereka adalah keturunan waliyullah Musyaiyyah bin Abdullah bin al-Syaich Ali bin Abi Bakar as-sakran. Waliyullah al-Musyayyakh lahir di kota Tarim dan wafat pada tahun 915 H, dikaruniai 2 orang anak lelaki bernama Abdullah yang keturunannya berada di India dan Abdurahman yang keturunannya berada di Indonesia. Waliyullah al-Musyayyakh. Al-Musawa ( ىوﺎﺴﻤﻟا ) Pemberian gelar al-Musawa merupakan tabarukkan kepada seorang guru besar yang tinggal di Yaman bernama al-Musawa. Dan yang dijuluki al-Musawa ialah: 1. Waliyullah Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar as-Sakran. Beliau lahir di Tarim dikaruniai 3 orang anak lelaki, 2 di antaranya Yasin dan Husein yang keturunannya sebagian besar di Indonesia. Beliau wafat di Tarim tahun 992 H. 2. Waliyullah Ahmad al-Musawa Bahsin bin Abdurahman bin Abdullah bin Abdurahman bin Husein bin Syaikh Abdurahman Assegaf. Beliau dilahirkan di Tarim, dikaruniai 4 orang anak lelaki, dua di antaranya ialah Husein yang keturunannya berada di Lahij Yaman dan Abdullah yang keturunannya ada di Indonesia (kota Semarang). Beliau wafat di Tarim tahun 965 H Al-Munawwar ( رﻮﻨﻤﻟا ) Mereka adalah keturunan waliyullah Aqil bin Alwi bin Abdurahman bin Ali bin Aqil bin Abdullah bin Abu Bakar bin Alwi bin Ahmad bin Abu Bakar as-Sakran. Digelari dengan al-Munawwar karena beliau seorang baik dan tekun dalam beribadah kepada Allah swt. sehingga cahaya Allah swt. tampak pada wajahnya yang berseri- seri, dan orang yang diberi karunia cahaya/nur disebut al- Munawwar. Waliyullah Aqil bin Alwi al-Munawwar dilahirkan di kota Seiwun dan wafat pada tahun 1170 H, dikaruniai 3 orang anak lelaki, 2 di antaranya bernama Abdurahman dan Abdullah yang keturunannya sebagian besar di Indonesia. Al-Mudaihij ( ﺞﺤﻳﺪﻤﻟا ) Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Aqil bin Syaikh bin Ali bin Abdullah Wathab bin Muhammad al- Munaffir. Gelar yang disandang karena beliau biasa membiasakan diri untuk shalat berjama'ah di masjid Madihij. Waliyullah Abdullah bin Aqil al-Madihij dilahirkan di kota Tarim dan wafata pada tahun 970 H, dikarunia 4 orang lelaki, hanya seorang yang meneruskan keturunan beliau yaitu Aqil bin Abdullah bin Aqil. Al-Muthahhar ( رﺎﻬﻄﻤﻟا ) Mereka adalah keturunan waliyullah Muthahhar bin Abdullah bin Alwi bin Mubarak bin Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Wathab bin Muhammad al- Manfar. Waliyullah al-Muthahhar lahir di Qasam adan wafat pada tahun 1117 H, dikaruniai 2 orang anak lelaki , satu di antaranya bernama Abdullah. An-Nahwi ( ىﻮﺤﻨﻟا ) Yang pertama kali dijuluki an-Nahwi ialah waliyullah Abdullah bin Abdurahman bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail. Gelar yang disandang menurut shohib al-Masra' dikarenakan beliau adalah seorang yang sangat mahir dalam ilmu nahwu, sehingga beliau dinamakan an-Nahwi. An-Nadhir ( ﺮﻴﻈﻨﻟا ) Yang pertama kali dijuluki an-Nadhir ialah waliyullah Muhammad bin Abdullah bin Umar Ahmar al-Uyun bin Abdurahman bin Alwi 'Amm al-Faqih. Gelar yang disandang, karena beliau seorang yang gagah perkasa dan bagus, yang dalam bahasa Arab hal tersebut disebut Nadhir. Aal-Abu Numay ( لا ﻮﺑأ ﻰﻤﻧ ) Mereka adalah keturunan waliyullah Abu Numay bin Abdullah bin Syaikh bin Ali bin Abdullah Wathab bin Muhammad al-Manfar. Waliyullah Abu Numay dilahirkan di Masyghah, dikaruniai 3 orang anak lelaki bernama Abdullah, Aqil dan Muhammad. Beliau wafat di Masyghah tahun 1020 H. Al-Haddar ( راﺪﻬﻟا ) Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Ali bin Muhsein bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim. Gelar yang disandang karena beliau berdakwah dengan suara yang keras sekali bagai suara guntur. Suara macam itu disebut Haddar. Beliau dilahirkan di Inat Hadramaut, dikarunia 2 orang anak lelaki yaitu Hafidz dan Umar. Keturunan beliau hanya ada di Pulau Jawa. Beliau wafat di kota Inat tahun 1148 H. Saudara Abdullah bin Ali adalah waliyullah Hadi bin Ali al- Haddar yang dikaruniai seorang anak laki bernama Salim yang keturunannya berada di Ternate. Beliau wafat di kota Inat tahun 1149 H. Al-Hadi ( ىدﺎﻬﻟا ) Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad bin Abdurahman al-Qadi bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar bin Abdurahman bin Syaikh Ali Bin Abi Bakar as-Sakran. Gelar yang disandang karena harapan ayah beliau bertabarruk kepada Rasul al-Hidayah, dengan harapan agar anaknya mendapat hidayah. Hal tersebut terbukti dengan kewalian Muhammad bin Abdurahman al-Hadi. Waliyullah Muhammad al-Hadi dilahirkan di kota Tarim dan wafat pada tahun 1040 H, dikaruniai 2 orang anak, seorang diantaranya bernama Seggaf yang menurunkan keturunan al-Hadi di Indonesia. Al-Hinduan ( ناوﺪﻨﻬﻟا ) Mereka adalah keturunan waliyullah Umar bin Ahmad bin Hasan bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah. Gelar yang disandang karena badan dan iman beliau sangat kuat bagaikan pedang yang tajam terbuat dari besi baja berasal dari India. Pedang itu disebut Hinduan. Waliyullah Umar al-Hinduan lahir di Tarim dan wafat pada tahun 917 H, dikarunia seorang anak laki yang bernama Abdullah. Baharun ( نوﺮﻫﺎﺑ ) Yang pertama kali dijuluki al-Baharun ialah waliyullah Ali bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail bin Hasan al-Mu'allim bin Muhammad Asadilah bin Hasan at-Turabi. Gelar yang disandang karena ayah beliau memberi nama Harun dengan harapan anaknya itu mempunyai sifat seperti Nabiyullah Harun, terbukti Harun bin Hasan menjadi waliyullah yang besar. Waliyullah Harun bin Hasan lahir di Tarim dan wafat pada tahun 905 H, dikaruniai 4 orang anak lelaki: Ali, Ahmad, Abdurahman dan Abdullah ash-Shaleh Bahasyim ( ﻢﺷﺎﻫﺎﺑ ) Mereka adalah anak cucu dari al-Habib Hasyim bin Abdullah bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Ba Hasyim adalah gelar yang diambil dari nama datuk mereka Hasyim bin Abdullah bin Ahmad. Setiap orang dari keturunannya disebut Ba Hasyim. Bin Yahya ( ﻦﺑ ﻰﻴﺤﻳ ) Mereka adalah keturunan waliyullah Yahya bin Hasan bin Ali al-Annaz bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah. Gelar yang disandang karena dengan menamakan anaknya Yahya, ayahnya berharap agar anaknya tersebur mendapat keberkahan seperti nabi Yahya yang dapat menerangi hati yang gersang. Waliyullah Yahya bin Hasan lahir di Tarim dan wafat pada tahun 956 H, dikarunia 3 orang anak lelaki, 2 di antaranya meneruskan keturunan beliau yaitu Hasan dan Ahmad.

--
Sent from Fast notepad



Terkirim dari Samsung Mobile